28

1.4K 215 29
                                    

"Luar angkasa?" suara Historia membuatku tersadar dari lamunanku dan membalik ikan bakar agar tidak gosong sebelah.

"En, luar angkasa... Apa kamu tau kalau kita ini sebenarnya sangat kecil bahkan titan kolosal dan bumi yang kita tinggali juga hanya sekecil debu di luar angkasa yang sangat besar ini!" kataku memperkenalkan dengan semangat.

"Sekecil debu!? Apakah kamu berbohong denganku?" tanya Historia terkejut.

"Bila kamu mengetahuinya kamu mungkin akan lebih terkejut dan tertarik karena dunia ini sangat luas, luar angkasa itu sangatlah luas ada banyak hal juga didalamnya seperti bintang, matahari, planet, bulan, galaksi, dan masih yang lainnya tapi dibalik luasnya disana juga terdapat misteri yang sangat luar biasa seperti apakah ada kehidupan lain seperti kita, kalau ada bagaimana dengan teknologi dan lainnya disana atau apa? Kita tidak tau hal itu~" kataku dengan senyum sembari melihat ke langit.

"Kamu sepertinya sangat menyukai luar angkasa ya?" tanya Historia lembut.

"Impianku dulu adalah pergi ke luar angkasa yaa setidaknya ke bulan tapi sangat sulit untuk sampai disana!" kataku dengan senyum pahit.

Dulu aku pernah bermimpi menjadi angkasawan tapi siapa sangka kenyataan sangat lah pahit, tidak hanya mimpi ku tidak akan terwujud tapi aku malah menjadi hikki dan mati begitu saja... Haa~

"Kamu pasti bisa melakukan itu, aku percaya kepadamu!" kata Historia menyemangati.

Historia... Ya sekarang aku bukan lagi hikkineet tapi seorang yang berbakat meski sulit aku pasti bisa pergi ke luar angkasa ditambah aku juga masih muda jadi buat apa bersedih dan menyerah begitu mudah?

"Ahahaha... Ya aku pasti bisa kesana tidak peduli bagaimana caranya!" kataku berteriak dan tertawa senang.

Saat seperti itu tiba-tiba aku mencium bau gosong, siapa sih yang masak sampai gosong begini?

"Alan ikan kita!?" kata Historia kaget.

Ikan? Bukankah lagi di baka... Argh sial aku kelupaan! Sial kalau begini aku hanya bisa masak ulang!

"Ma-Maaf Historia karena aku keasikan ikannya gosong!" kataku malu sembari mengulurkan lidah nakal.

"Yaa tidak masalah kita bisa bakar lagi tapi kali ini harus matang dengan baik!" kata Historia berkata bagai seorang istri yang sedang mendikte suaminya agar bisa masak...

"Ya ya sayang~" kataku menggoda.

"Sa... Sayang!!" kata Historia tergagap dengan wajah memerah yang langsung di tutup dengan kedua tangannya yang kecil.

"Imutnya~" kataku sembari tersenyum senang melihat aksi Historia.

Waktu berlalu dan ikan matang dengan sempurna tidak gosong seperti di awal, kami makan dengan nyaman sambil memandang laut dan langit senja ditambah minuman air kelapa yang ada di dekat kami membuat suasana sangat nyaman and romance.

"Nee Alan, kenapa kamu dapat membawaku kemari dan bagaimana kamu biza memiliki kemampuan seperti itu?" tanya Historia membuatku terkejut.

Aku menundukkan kepala saat memikirkannya yaa tiba-tiba ditanya begitu membuatku mengingat dimana saat itu ibuku di makan titan.

"Ka-Kalau kamu tidak ingin berbicara juga tidak apa-apa kok!" kata Historia cepat dan terdengar khawatir.

"Kemampuan ini berasal dari mata terkutuk milikku..." kataku datar sambil menutupi separuh wajahku dengan sebelah tangan.

"Mata terkutuk?" tanya Historia bingung.

"Ya, mata ini sangat aktif saat berhadapat dengan kebencian, semakin aku membenci maka mata ini semakin kuat!" kataku pelan.

"Saat itu 5 tahun yang lalu... Tepatnya dimana titan kolosal menghancurkan dinding Shiganshina disaat itu lah aku mendapatkan mata ini, aku melihat ibuku mati di makan titan membuat kebencianku sangat kuat dan membangkitkan mata ini!" kataku jujur.

"Maaf... Aku membuatmu mengingat kembali ibu mu..." kata Historia dengan jujur.

"Tidak apa, aku sudah mulai terbiasa!" kataku santai.

"Apa aku boleh melihat mata mu itu?" tanya Historia tiba-tiba.

"Apa kamu yakin?" tanyaku menatapnya ragu.

"En, aku ingin melihatnya!" kata Historia dengan tegas.

"Baiklah! Tatap mataku baik-baik!" kataku yang menutup mataku lalu membukanya dan menampilkan mangekyou sharinganku.

"Indah..." kata Historia tanpa sadar terlihat kagum.

Aku terkejut karena sejauh yang aku tau sharingan sangat berbahaya dan mematikan, meski pun keren tapi bila seseorang berhadapan dengan sharingan mereka kebanyakan akan takut tapi baru kali ini aku mendengar seseorang mengatakan kalau sharinganku indah bahkan ada juga kekaguman yang bukan kebohongan terlihat di matanya.

Aku secara refleks menutup mataku dengan cepat kemudian membuang muka karena rasanya memalukan untuk menatap Historia.

"En? Menurutku mata itu sangat indah, mata seindah itu bukan lah hal yang dikutuk!" kata Historia lagi dengan jujur.

"Kamu orang pertama yang melihat mataku dan mengatakan itu indah... Haa~" kataku jujur mengenai itu sembari menghela nafas cukup berat.

"Kenapa? Apa kamu menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menolong ibumu?" tanya Historia tiba-tiba seakan-akan dia bisa membaca pikiranku.

"En, iya dan tidak, aku menyesal tidak bisa menyelamatkan ibuku saat itu tapi jujur aku mendapatkan kekuatan ini karena dapat aku gunakan untuk menyelamatkan orang lain terutama keluarga dan orang yang aku sayangi, aku tidak ingin kehilangan mereka lagi!" kataku jujur sedikit terbawa emosi ya bagaimana pun aku sekarang sudah masuk ke dunia yang kejam ini dengan memiliki keluarga baru ini aku bisa mendapatkan kasih sayang lagi.

Itu membuatku senang dan takut kehilangan lagi... Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi baik kepada adikku saat ini atau orang-orang yang berharga bagiku karena itu aku sangat senang mendapatkan kekuatanku ini.

"En, ibu mu juga senang melihatmu tumbuh dengan baik, memiliki banyak  teman, dan selalu membantu adikmu itu!" kata Historia menghibur.

"Dan jangan lupa menantu yang cantik, manis, imut, dan pengertian sepertimu~" kataku menggodanya.

"Ja-Jangan menggodaku seperti itu, bodoh!" kata historia pura-pura marah.

Aku tersenyum penuh arti dan tiduran dengan kepalaku di pahanya, uhm benar ya kata para 'bajingan' yang sudah punya pacar kalau paha cewek itu bantal ternyaman didunia no 3 selain paha ibu!

"Tapi kamu benar-benar manis kok Historia~" kataku lagi dengan mesra kali ini.

"Kamu juga tampan kok Alan~" kata Historia wajahnya menunduk dan mulai menurun.

Setelah itu kami berciuman tepat saat matahari terbenam, suara ombak dan burung camar terdengar bagai lagu romance untuk kita berdua saat ini.

Ciuman yang sebentar tapi penuh kasih dan sayang yang tidak bisa di katakan atau di mengerti oleh para kaum jomblo di luar sana(khususnya yang baca).

Waktu berlalu, kami masih saling bertatap muka seakan-akan di tatapan itu kami saling mengobrol dan berbicara, suasana hening dan tenang disekitar pantai hanya menyisakan bunyi ombak.

Tidak ada yang berniat untuk berkata karena tatapan kami berdua sudah cukup untuk saling mengerti, tanpa aku sadari saat itu kalau benang takdirku dengan Historia semakin terikat erat membuat kami berdua dapat saling berbagi perasaan walau dijarak yang sangat teramat jauh.

The Legend of Strongest Human (SNK Fanfict) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang