holiday

1.4K 178 61
                                    

"Untuk apa?" Jiyeon melirik tangan Wonwoo yang terulur sembari meletakkan ponselnya di atas tangan prianya.

"It's our vacation, tidak boleh ada yang menganggu," balasnya sembari mematikan ponsel milik Jiyeon. Kemudian memasukkannya pada kantong celana.

Jiyeon tersenyum dan mengangguk menatap Wonwoo. Tidak menyangka jika Wonwoo yang sedingin es di Kutub Utara, kini bisa sehangat dan semanis pria yang memuja cinta.

"Tidak ada Hoshi, tidak ada Mingyu, apalagi Jieun," ujar Jiyeon. Hanya berdua, liburan yang ia impikan hingga rela benar mati-matian demi merebut juara satu. Meski berujung gagal.

Wonwoo mengangguk. "Hanya berdua." Tangannya menyampirkan dengan lembut rambut Jiyeon yang tertiup angin pantai. Tersenyum melihat gadisnya yang langsung memalingkan wajah saat ditatap lama. Wonwoo baru tahu jika Jiyeon tidak seberani itu menerima segala afeksi yang bahkan hanya sedikit Wonwoo tunjukan. Ke mana perginya Jiyeon yang bar-bar dan agresif?

"Kau berani menatapku, tapi tidak berani saat aku melakukan hal yang sama."

Tepat sekali, Jiyeon sangat lemah jika harus menghadapi Wonwoo yang semanis ini. Badannya dipaksa berbalik untuk membelakangi, kalau sudah begini, Jiyeon hanya bisa menenangkan hati. Melalui hari-hari menghadapi Wonwoo yang seperti ini mungkin akan cukup membuatnya lemah dan gila sendiri.

Namun Wonwoo lebih gesit dalam membaca situasi, kedua tangan membawa tubuh Jiyeon kembali menghadapnya, melihat rona pipi yang lebih cantik dari pada langit menjelang senja.

"Jangan melihatku seperti itu," keluh Jiyeon. Berusaha meliarkan mata ke mana saja asal tidak bertemu dengan tatapan tajam milik prianya.

"Kenapa?" Wonwoo memasang wajah tanpa dosanya. Gemas sekali melihat sisi Jiyeon yang pemalu, terlebih cara gadis itu mengulum bibirnya menahan senyum. Membuat Wonwoo ingin sekali menggigit ringan ranum tersebut.

"Ada banyak orang di sini, aku malu," ungkap Jiyeon terus terang.

"Lalu? Ah—sepertinya kita memang butuh privasi."

"Yah!" Wajah Jiyeon semakin memerah dan terasa panas mendengarnya. Wonwoo ternyata cukup jahil dengan memberikan serangan untuk jantung Jiyeon yang lemah.

Usaha untuk lepas dari kedua tangan besar Wonwoo harus menelan kecewa. Pria itu tidak terlihat sedikit pun akan membebaskan Jiyeon. Hanya pasrah saat Wonwoo membawanya menyusuri bibir pantai. Rasa basah pada pasir yang menenggelamkan kaki tidak membuat langkah mereka terhenti. Keduanya menikmati tautan tangan yang enggan dilepas.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" Wonwoo kembali membuka suara.

Kaki terhenti seketika, ia bahkan lupa perihal pertanyaan yang membuat hati mengganjal. Sekarang rasanya tidak tepat menanyakan hal yang berkemungkinan besar akan membuat liburan mereka berujung berantakan. Bukan sebuah topik yang ingin Jiyeon angkat di saat suasana yang terjadi begitu hangat.

"Jiyeon?"

"Kau janji dulu tidak marah?"

"Kenapa kau pikir aku akan marah?"

Jiyeon menggigit bibir bawahnya dengan pejaman kedua mata yang meragu. "Mungkin ini bukan sesuatu yang tepat untuk kita bahas sekarang."

"Lalu kau ingin mengulurnya sampai kapan? Semakin lama kau menundanya, semakin sulit juga untukmu. Kita baru saja memulai kembali dari awal, aku ingin kita memulainya dengan saling terbuka."

Wonwoo benar, tidak ada yang berubah jika Jiyeon menunda pertanyaan yang berkecamuk di kepala.

Menghembuskan napas beratnya, Jiyeon mengangkat wajahnya menatap Wonwoo sejenak. "Tentang ... Jieun." Gadis itu menggigit  bibir bawahnya. Kini mata indahnya enggan bertemu tatap dengan manik Wonwoo.

Redamancy✔Where stories live. Discover now