campfire

1.3K 219 75
                                    

Chptr ini 80% narasi. Jan bosan ya wkwkw.

——🍑


Setengah jam perjalanan, Jiyeon sudah dibuat bosan karena pria di sampingnya memilih menutup mata dengan kedua telinga yang tersumpal handsfree. Jiyeon tahu Wonwoo tidak tidur sama sekali, tangannya mengambil handsfree di telinga kanan Wonwoo dan memakaikannya pada telinga.

Mendapat tatapan tajam Wonwoo pun gadis itu tidak ambil pusing, malah semakin menyandarkan kepalanya pada bahu Wonwoo.

Suara merdu dari penyanyi barat, Anne Marie, mengalun masuk ke indera pendengarannya. Jiyeon tidak tahu sampai kapan ia akan menempeli Wonwoo seperti ini. Yang jelas, untuk sekarang ... Jiyeon merasa akan sulit jika menjauhi Wonwoo. Entah kenapa, mungkin ia terlalu jauh melibatkan hati dalam misi balas dendamnya pada Daniel. Memperalat Wonwoo yang tidak bersalah dan sekarang ia mendapat ganjaran karena niat awalnya itu.

Tapi ... bisakah ia benar-benar melepaskan Wonwoo?

Jika dipikir-pikir lagi, tidak pernah sekali pun Wonwoo membalas semua perhatian yang ia lakukan. Tidak sekali pun Wonwoo berbicara dengan nada yang manis padanya, seperti pria itu berbicara pada Jieun. Wonwoo selalu menolak secara terang-terangan apa yang Jiyeon inginkan.

Lalu kenapa Jiyeon masih bertahan?

Gadis itu tersenyum amat tipis memikirkan itu semua. Cinta memang serumit itu, tidak ada rumus yang bisa menjelaskan cinta itu seperti apa. Tidak seperti rumus kimia dan matematika yang ia terima di sekolah.

Hanya karena Wonwoo menyelipkan perhatian dalam bentuk lain, Jiyeon sudah dibuat uring-uringan. Hanya dengan Wonwoo bertanya "kau kenapa?" di saat orang lain tidak bisa melihat jika Jiyeon tengah ada masalah, Jiyeon ingin menangis rasanya. Hal-hal kecil yang Wonwoo lakukan untuknya, tanpa sadar membuat Jiyeon semakin berat untuk melepaskan.

Jika sudah begini, salahkah Jiyeon menjadi egois untuk mempertahankan Wonwoo di sisinya? Bahkan saat ia tahu jika Wonwoo tidak memliki perasaan yang sama dengannya.

Tangan kanannya terangkat naik menghentikan tangan Wonwoo yang bergerak menyentuh bibir pria itu. Gadis itu menatap Wonwoo tidak suka, sangat kesal jika Wonwoo mulai melakukan kebiasaan buruknya.

"Sudah kubilang, jangan lakukan itu lagi," ujarnya menghentikan jari Wonwoo yang hendak mengelupaskan kulit bibirnya yang kering. Kadang Wonwoo juga menggigiti bibirnya hingga kulit bibirnya terkelupas.

Berdecak kesal, Jiyeon mengambil lip balm madu yang selalu ia bawa dalam kantong celana. Meraih dagu Wonwoo dan mulai memoleskan lip balm tersebut dengan lembut dan hati-hati pada bibir atas dan bawah pria-nya.

Wajah mereka begitu dekat. Dan dari jarak sedekat ini, Wonwoo bisa melihat dengan jelas wajah mungil Jiyeon yang bersih. Sepasang matanya begitu jernih, juga iris cokelat sewarna madu. Dibingkai dengan bulu mata tebal yang tidak terlalu lentik. Turun pada hidungnya yang mancung dan tipis, lalu pada bibir merah muda yang tampak begitu lembut.

Jiyeon yang baru sadar jika Wonwoo memperhatikannya dengan lekat pun mendadak kelimpungan. Gugup dan kedua pipi yang bersemu merah dengan begitu saja.

"Ekhem! Su—sudah." Secepat kilat, gadis itu kembali pada posisi duduknya di sebelah Wonwoo dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Baru ditatap seperti itu saja sudah lemas rasanya.

Tangannya menutup kembali lip balm miliknya dan menyelipkan benda kecil itu pada saku padding Wonwoo.

"Pakai ini setiap kali kau merasa bibirmu kering."

Lalu Jiyeon berdehem kembali, masih mencoba menormalkan detak jantungnya sendiri.

Diliriknya tangan kiri Wonwoo yang terletak dipangkuan pria itu. Tanpa memandang mata tajam yang selalu bisa menyeret Jiyeon ke dalamnya, gadis itu menggapai tangan pria-nya dan menyelipkan kelima jari tangan kanannya di antara jari-jari panjang Wonwoo.

Redamancy✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora