scoundrel

1.3K 201 214
                                    

Bisa saja Wonwoo kembali dan menghajar Mingyu dengan kepalan tangannya karena sudah berani mengkhianatinya dan mencoba mengambil Jiyeon. Namun kewarasannya masih bisa mencegah hal seperti itu tidak terjadi. Wonwoo tidak ingin  Jiyeon semakin membenci dan membuat hubungan mereka malah menjadi semakin susah untuk diperbaiki.

Sementara Jieun hanya bisa menatap kepergian Wonwoo yang sedari tadi mengabaikannya. Kenapa sudah seperti ini ia masih saja memegang sebersit harapan agar Wonwoo bisa melihatnya sebagai perempuan yang memiliki perasaan begitu besar untuknya.

Tersenyum miris mengejek dirinya sendiri yang dengan tidak tahu malunya memanfaatkan kepedulian Wonwoo agar pria itu berada di sisinya.

Namun yang terjadi hanya membuatnya mengerti, jika Wonwoo sudah sepenuhnya dimiliki oleh Jiyeon. Terdengar egois memang, namun Jieun hanya seorang gadis yang mencoba mempertahankan sesuatu yang menurutnya berharga.

Jika dipikir lagi, Jiyeon sudah memiliki segalanya. Putri kesayangan konglomerat yang sudah pasti menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan besar pula. Cantik, pintar dan tidak akan ada yang protes akan kesempurnaan yang Jiyeon miliki. Kenapa gadis itu menginginkan Wonwoo yang sedari dulu Jieun inginkan? Bukankah Jiyeon juga egois ingin memiliki segalanya dengan kehidupan yang sudah mendekati kata sempurna tersebut?

"Di sini kau rupanya."

Sudah di luar kepala suara gadis yang kerap kali melontarkan kata-kata sinis dan kasar padanya. Jieun tidak perlu menoleh untuk memastikan jika  Yunji dan teman-temannya tengah berada begitu dekat dengannya saat ini.

Saat kedua lengannya ditarik paksa oleh ke dua gadis yang datang bersama Yunji, Jieun hanya bisa pasrah dan membiarkan ketiga gadis seangkatannya menggiring tubuhnya ke toilet sekolah lantai tiga ini.

Mendapati dirinya diperlakukan tidak baik oleh sebagian siswi di sekolah ini bukan hal yang baru lagi bagi Jieun. Bahkan para guru dan kepala sekolah pun tidak bisa berbuat banyak saat Jieun melaporkan tindakan kekerasan dan pelecehan yang ia alami. Sebab, status sosial sangat berpengaruh terhadap kasta tertinggi di sekolahan ini.

"Sangat tidak tahu malu, merusak hubungan Wonwoo dengan wajah polosnya," cetus Yunji mendorong tubuh kecil Jieun hingga membentur salah satu pintu bilik kamar mandi.

"Aku heran kenapa Jiyeon diam saja melihat kedekatan gadis sampah sepertimu dengan prianya. Kau memanfaatkan wajah polosmu untuk membuat Wonwoo luluh. Dasar tidak tahu malu!"

"Benar-benar membuat jijik! Kau pikir kenapa kau begitu dibenci, ha?! Tidak ada yang menyukaimu karena kau selalu berlindung dibalik Wonwoo! Licik sekali bersembunyi dengan status persahabatan dan menghancurkan hubungan orang lain!"

Berbagai hinaan saling bersahutan memasuki rungunya. Bukan yang pertama kali terjadi, tapi tetap saja hatinya terluka oleh ucapan mereka. Dibully dan dilecehkan dengan kalimat-kalimat tajam seperti ini sudah menjadi makanannya hampir setiap hari.

Tamparan keras mendarat mulus di pipi kirinya, siraman air yang bau sukses membasahi sekujur tubuhnya. Seragamnya pun tak luput dari jangkauan tangan Yunji yang dengan mudah merobek di berbagai sisi.

Memohon untuk berhenti pun percuma, suaranya berubah serak menjerit agar ketiga gadis itu berhenti, berharap ada sedikit belas kasih. Namun semua makin menjadi-jadi.

"Berhenti menempeli Wonwoo atau—"

"Atau apa?" sahut Jiyeon yang berdiri di ambang pintu toilet. Obsidiannya menelisik Yunji dan kedua temannya yang tampak terkejut dengan kehadiran Jiyeon yang tak diduga.

Jieun membuang muka saat ditatap Jiyeon dengan pandangan iba. Wajah yang basah pun diusap kasar, mencoba berdiri agar tidak terlihat lebih menyedihkan daripada yang sudah terlanjur dilihat.

Redamancy✔Where stories live. Discover now