disparate

1.3K 212 61
                                    

Nyaris satu jam Jiyeon menghabiskan waktu di dalam kamar, tiduran, duduk, hingga berakhir dengan mondar-mandir tidak jelas karena rasa kesal yang masih bertumpuk di sana. Kesal pada Wonwoo dan pada Hoshi yang tidak salah apa-apa.

"Kenapa aku seperti ini, sih? Seharusnya aku menempeli Wonwoo agar tidak direbut oleh Jieun!" Gadis itu merutuk dirinya sendiri. Menggigit ujung jari lantaran terlalu gelisah.

"Bagaimana nanti kalau yang dikatakan Hoshi benar? Wonwoo memang menyukai Jieun?"

"Dan bukannya tidak mungkin juga Jieun memiliki perasaan yang sama!"

Jiyeon memejam dan keinginan untuk menjambak rambut sendiri begitu kuat saat ini. "Sial! Aku kesal sendiri jadinya!"

Sementara di luar sana, Wonwoo duduk tenang di depan televisi, tidak menonton sama sekali. Hanya duduk dan tidak terhitung sudah berapa kali kepalanya menoleh ke arah kamar yang di tempati Jiyeon, masih tertutup rapat dan begitu tenang tanpa keributan, benar-benar berbeda dari biasanya.

Wonwoo beranjak dari duduknya, berjalan mendekati pintu kamar Jiyeon dan menarik napas sejenak.

"Ah ... lapar sekali," ujarnya tidak terlalu keras. Tapi bisa ia pastikan jika Jiyeon bisa mendengar di dalam sana.

Tentu saja, kini Jiyeon dengan sigap berjalan menuju pintu dengan upaya agar langkah kakinya tidak terdengar. Menempelkan telinganya pada permukaan pintu untuk mendengar Wonwoo.

"Pesan makanan apa, ya?" Wonwoo mundur sedikit, terlihat dari bayangan dicelah pintu kamar bagian bawah jika Jiyeon kini bertahan untuk tidak bersuara di balik sana.

"Atau aku bikin ramen saja? Sepertinya masih banyak." Lekas pria itu berjalan menuju dapur dengan seringaian tipis di bibirnya.

"Yak!"

Langkah kaki itu terhenti begitu Jiyeon berteriak dengan nada kesal luar biasa. Wonwoo memasang wajah tanpa dosanya dan berbalik menatap gadis itu yang berdiri di ambang pintu kamar.

"Kenapa?"

Jiyeon tidak langsung menjawab, matanya menatap tajam pada Wonwoo yang kini memasukkan kedua tangannya dalam saku celana training panjangnya.

Menarik napasnya dalam, Jiyeon menghembuskannya kasar dan melangkah menuju dapur, sengaja membuat bahunya bertubrukan dengan lengan atas Wonwoo saat gadis itu melewatinya.

Tangannya segera membuka lemari pendingin dan mengeluarkan semua bahan yang akan dimasaknya. Meski marah sampai ingin mengunyah manusia rasanya, tetap saja kesehatan Wonwoo menjadi prioritasnya.

Wonwoo pun berjalan menghampiri meja makan, duduk di salah satu kursi dengan tangan yang bersidekap. Melirik Jiyeon yang tengah mencuci sayuran dan daging ayam di bawah kucuran air keran wastafel.

"Kau sudah tahu jika mantan kekasihmu itu putus dengan kekasihnya?" Suara berat Wonwoo membuat tangan Jiyeon terhenti saat mencuci sayuran.

Gadis itu tidak menjawab, melanjutkan kembali kegiatannya dan berjalan menuju meja makan. Mulai memotong sayurannya.

"Bukannya ini yang kau inginkan? Ambisimu membuat Daniel menyesal sepertinya akan segera terwujud." Wonwoo kembali bersuara karena tidak ada tanggapan dari Jiyeon, juga ekspresi gadis itu yang tidak terbaca.

Tak!

Jiyeon sengaja membuat suara begitu keras saat memotong wortel terakhirnya. Mengangkat pandangannya dan menatap Wonwoo yang kini menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa kau memberitahuku?" Wonwoo baru mendengar kalimat dingin itu bisa meluncur dari bibir Jiyeon.

"Karena kupikir kau memang harus tahu, jadi berhentilah menggunakanku untuk membuat Daniel menyesal telah menyakitimu."

Redamancy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang