dilatory

1.4K 192 71
                                    

"Kau melihat Jiyeon?"

Eunra merotasikan matanya malas, desas-desus yang beredar menghilangkan kekagumannya pada sosok Wonwoo. Jiyeon memang bar-bar, tapi bukan berarti gadis itu pantas diperlakukan tidak adil.

"Kenapa kau masih mencarinya? Apa Jieun masih tidak cukup untukmu?"

"Aku tidak ada apa-apa dengan Jieun. Yang terjadi bukan seperti cerita yang kau dengar. Bantu aku, please." Wonwoo pun tidak tahu lagi akan meminta bantuan pada siapa. Sebab, baik Mingyu maupun Hoshi sama sekali tidak berniat membantunya untuk memperbaiki apa yang sudah ia rusak. Malah terkesan semakin menjauhkannya dengan Jiyeon.

Eunra melirik bangku Jiyeon yang kosong, lalu kembali fokus pada pria berkacamata di depannya. "Aku rasa dia di rooftop, aku tidak melihatnya di cafetaria beberapa hari ini."

"Terima kasih," ucap Wonwoo setelah mengantongi jawaban yang cukup pasti. Langkahnya dipercepat agar segera sampai pada tangga yang akan membawanya ke tempat tertinggi gedung sekolahnya ini.

"Pertimbangkan lagi, hanya karena Wonwoo kau meninggalkan teman-temanmu?" Mingyu menatap tajam pada gadis di depannya yang tampak santai duduk pada dinding pembatas rooftop sekolah. Jenjangnya bertaut dan berayun seirama hembusan angin siang ini.

"Teman? Aku tidak punya."

"Lalu aku? Hoshi? Dan Eunra! Apa kami di matamu?"

Jiyeon pun balas menatap Mingyu yang tampak murka, mungkin ayahnya semalam baru saja memberitahu pria itu perihal kepindahan Jiyeon.

"Apa salahnya hilang satu? Kau masih memiliki banyak teman, Hoshi pun sama, apalagi Eunra yang dengan mudah berbaur."

Mingyu membuang wajah dan menghela napas kesal setelah Jiyeon dengan mudahnya berbicara demikian.

"Mingyu," gumam Jiyeon lirih. Pandangannya jatuh pada ujung kakinya yang menjuntai. "Aku hanya ingin berusaha lebih keras lagi. Semua usaha untuk melupakan akan percuma jika aku masih saja di sini, di tempat-tempat yang biasa aku habiskan dengannya. Bahkan setiap hari pun aku harus tersiksa melihat wajahnya."

Mingyu melangkah mendekat, dulu ia pikir Jiyeon hanya merasakan apa yang disebut orang sebagai cinta sesaat, untuk ukuran gadis yana belum mengenal cinta seperti Jiyeon, ia menganggap kalau gadis itu akan bosan seiring berjalannya waktu. Namun melihat Jiyeon yang seperti ini, ia menjadi ragu. Ia bisa melihat Jiyeon yang begitu tulus dengan perasaannya pada Wonwoo.

Mingyu mengerti, karena ia juga berada di posisi yang sama, mencintai sepihak. Mungkin Jiyeon masih berpeluang besar mendapat balasan, bukan seperti dirinya yang harus kalah sebelum berjuang.

"Tidak bisakah kau bertahan sebentar? Setidaknya sampai Wonwoo lulus. Tidak lama lagi, Ji." Mingyu masih mencoba membuat Jiyeon mempertimbangkan keputusannya.

Jiyeon tersenyum tipis, wajahnya menoleh ke kiri setelah melihat Mingyu sejenak. "Sampai saat itu tiba, apa kau yakin aku masih baik-baik saja? Kau yakin aku kuat untuk terus menghindarinya?"

"Ji—"

"Bahkan aku sendiri tidak yakin bisa melakukannya," potong Jiyeon.

"Tidak ada yang bisa membuatmu untuk tinggal? Meski aku minta?"

"Kenapa kau ingin aku tinggal?"

"Karena aku membutuhkanmu. Sampai aku lupa jika aku pernah mencintai seseorang sebegini bodohnya."

Jiyeon kembali menatap Mingyu dalam, dan pria itu juga melakukan hal yang sama. Mereka cukup lama membiarkan hening menguasai keduanya. Hingga Jiyeon memberanikan diri bertanya siapa sosok yang membuat Mingyu jatuh cinta tapi tidak bisa mendapatkan balasan.

Redamancy✔Where stories live. Discover now