the end

1.8K 187 115
                                    

Keesokan harinya, Wonwoo sudah sedikit membaik dan ayahnya memindahkan pria itu ke rumah sakit miliknya.

Dan sore ini, Wonwoo sudah melepas alat bantu pernapasannya. Pria itu juga tengah duduk bersandar pada ranjang yang sudah diatur oleh Mingyu.

Satu jam yang lalu, Jiyeon baru saja pulang untuk mandi dan berganti pakaian diantar oleh Hoshi. Sedari kamarin gadis itu sangat keras kepala ingin menemani Wonwoo tanpa memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri yang tidak tidur semalaman.

"Aku ... sudah mendengar langsung dari ayah kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan aku alami di kemudian hari akibat kecelakaan ini," ujar Wonwoo tanpa melihat Mingyu yang tengah mengisi perutnya dengan tenang duduk di sofa.

"Himpitan pada saraf menyebabkan tangan jadi gemetar, mungkin bisa ditangani dengan rehabilitasi medik apabila semua causa sudah diatasi. Perlu latihan secara rutin direhabilitasi medik agar kemampuan motorikku kembali seperti semula. Tapi, tidak menutup kemungkinan kalau gangguan ini datang kembali."

Mingyu tercenung dan selera makannya bagai meletus di udara. Ia tahu akan ke mana arah pembicaraan sepupunya itu kali ini.

"Jangan bertindak gegabah, seperti yang kau bilang, gangguan motorikmu bisa ditangani dengan rehabilitasi."

"Tidak Mingyu, aku harus mempertimbangkan semuanya dari sekarang. Menjadi dokter adalah impianku sedari dulu, tapi ..." Kalimat Wonwoo terjeda saat ia melihat bayangan yang baru saja lenyap dari jendela kaca. Jantungnya berdetak kencang, seseorang baru saja mendengar percakapan ia dan Mingyu, dan bagian terburuknya, sosok itu kemungkinan besar adalah Jiyeon.

"Mingyu! Pinjam ponselmu!" Wonwoo mulai panik.

Segera Mingyu mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memberikannya pada Wonwoo.

"Ada apa?"

"Ada seseorang tadi di balik pintu, dan aku takut jika itu Jiyeon," balasnya sembari menempelkan ponsel di telinga.

Mingyu pun ikut resah, bagaiamana kalau sosok itu adalah Jiyeon? Saat Jiyeon belum benar-benar bisa lepas dari tekanannya, Mingyu tidak sanggup membayangkan jika Jiyeon mendengar semua kalimat Wonwoo tadi.

Wonwoo memejamkan matanya rapat, menanti dengan sabar Jiyeon mengangkat panggilannya. Ini adalah panggilan ketiga, dan saat dering itu hendak berakhir, suara Jiyeon menyapa pendengarannya.

"Ada apa?" tanya gadis itu di sebarang sana. Suaranya terdengar biasa, tidak ada emosi apa pun di dalamnya.

"Jiyeon, ini aku. Kau di mana?"

"Wonwoo? Aku diperjalanan menuju ke runah sakit. Hoshi lama sekali, dia bilang akan menjemputku tadi."

Wonwoo menghela napas lega, kekhawatirannya langsung lenyap mendengar suara Jiyeon saat ini. Mungkin ia terlalu paranoid, bisa saja bayangan tadi hanya seseorang yang kebetulan lewat.

"Kau menyetir sendiri?"

"Tidak, aku pergi dengan taksi."

"Baiklah, aku tunggu."

Selepasnya, Wonwoo mengembalikan ponsel Mingyu setelah Jiyeon membalasnya. Ia bersandar kembali pada ranjang dan sekali lagi menghembuskan napas pelan.

Jiyeon melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit, gadis itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum tangannya mulai membuka pintu ruang inap Wonwoo.

Wonwoo tengah duduk di ranjangnya, dengan wajah yang menoleh ke kanan, keluar jendela dengan pemandangan langit sore yang cerah.

Disergap dengan rasa sakit yang membuat bibirnya bergetar, ia mencoba menenangkan hati dan menelan gumpalan pahit itu ke dalam sana.

Redamancy✔Where stories live. Discover now