annoyed

1.4K 207 72
                                    

Sepasang mata rusa itu membola, tak percaya jika benda lembab yang terasa hangat itu kini tengah menginvasi bibirnya. Lumatan-lumatan yang membuat Jiyeon tebuai dan lupa jika pria dihadapannya bukan dalam kondisi baik.

Gigitan Wonwoo pada bibir bawah Jiyeon pun membuat gadis itu memberi celah agar sang pria lebih bebas memperdalam ciuman panas mereka. Menyapu setiap sudut rongga mulut Jiyeon. Rasanya pening, hanyut dalam permainan bibir Wonwoo dan selang beberapa menit yang mendebarkan, tautan itu berakhir dengan benang saliva yang membayang.

Perlahan, Jiyeon menarik kembali wajahnya, telapak tangan Wonwoo yang terasa hangat masih membingkai sisi wajah Jiyeon. Permukaan bibir Wonwoo tampak basa dan memerah, hingga mata itu naik, memberanikan diri menatap Wonwoo tepat di manik kecilnya. Terlihat sayu, dan perlahan terpejam dengan wajah terlelap yang damai.

Jiyeon terpaku untuk sesaat, dan saat kesadarannya kembali ke tempat, gadis itu mengguncang pelan bahu Wonwoo.

"Nonu?"

Tidak ada sahutan, Wonwoo hanya merubah posisi tidurnya agar lebih nyaman. Sementara Jiyeon dibuat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.

Ujung jemari pun menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat selepas ciuman Wonwoo yang begitu tiba-tiba. Jantung yang berdetak heboh dan semburat merah pada kedua pipinya. Ia tak menyangka jika Wonwoo menciumnya seperti tadi.

Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering nyari memecah keheningan. Menarik Jiyeon dari perasaan senangnya yang singkat.

Melihat nama sang ayah pada layar ponselnya. Segera gadis itu keluar dari kamar Wonwoo demi mengangkat panggil tersebut. Agar tidak menganggu istirahat pria itu.

"Hallo Ayah?"

["Kau di mana? Ayah di rumah sekarang."]

Jiyeon menggigit bibir bawahnya ragu, melirik sejenak pintu kamar Wonwoo yang tadi ia tutup dan kembali membuka suara, "Jiyeon di rumah teman, Ayah. Sebentar lagi Jiyeon pulang."

["Baiklah, ayah tunggu. Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu."]

Panggilan berakhir dengan Jiyeon yang menghela napas panjangnya. Kembali gadis itu memasuki kamar Wonwoo. Menatap pria yang kini berbaring nyaman di bawah selimut tebal dengan tepian sedikit basah karena keringat dingin Wonwoo akibat demam.

Jiyeon ingat, dia masih belum mengganti pakaian Wonwoo. Dan di balik selimut tebal itu sekarang terpampang tubuh polos Wonwoo tanpa atasan. Membuat Jiyeon kembali kelabakan karena jantung yang berdetak tidak beraturan.

Lekas gadis itu bergerak untuk memasangkan baju kaos Wonwoo. Tidak ada perlawanan sama sekali, Wonwoo seolah tidak terganggu meski Jiyeon kepayahan memiringkan tubuh pria itu agar bajunya terpasang sempurna.

Bertepatan dengan selesainya Jiyeon mengganti baju Wonwo, bel apartemen berbunyi dan Jiyeon melangkah cepat keluar dari kamar, menuju pintu dengan bertelanjang kaki dan membukanya.

Sosok pria tinggi yang baru saja tadi pagi ia jumpai kini sudah berdiri dengan senyum merekah menyapa Jiyeon.

Dengan malas, pun Jiyeon membiarkan Mingyu masuk. "Aku harus pulang sekarang. Ayah menunggu di rumah." Sembari berjalan menuju kamar Wonwoo, Jiyeon berujar dengan berat hati. Matanya melirik Mingyu yang memasang wajah herannya.

"Tumben sekali?"

Dan gadis itu hanya mengedikkan bahu kecilnya acuh. "Tolong jaga Nonu dulu, aku akan segera kembali kalau urusan dengan ayah sudah selesai." Menoleh pada Wonwoo yang masih tertidur lelap, Jiyeon mendesah pelan. "Jangan macam-macam!" ucapnya. Sedetik kemudian dengan melempar tatapan tajam pada Mingyu yang menaikan alisnya bingung.

Redamancy✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant