osculation

1.4K 212 82
                                    


Trak!

Bunyi patahan ranting kayu membuat dua manusia yang tengah bercengkrama mengalihkan atensi ke sumber suara. Di sana ... Jiyeon dengan dua ranting kayu di masing-masing tangan menghunuskan tatapan tajam pada sepasang manusia di depannya.

Jieun menatap ngeri pada ranting yang baru saja Jiyeon patahkan dengan tangan kosong. Sementara Wonwoo menaikkan sebelah alisnya mempertanyakan.

Baru saja pagi hari, Jiyeon sudah disuguhkan pemandangan yang lebih panas dari mentari pagi. Menemukan Wonwoo yang tengah berbincang dengan Jieun membuatnya meninggalkan Mingyu yang kepayahan membawa beberapa bahan masakan yang akan mereka masak bersama.

"Kau mau masak apa bicara, sih?" ujarnya ketus menatap Wonwoo. Mereka berempat bertugas untuk memasak sarapan pagi ini. Tapi Wonwoo dan Jieun malah dengan santainya berbicara tanpa menghiraukan Jiyeon yang meradang marah.

"Sudahlah, kita mulai masaknya sekarang." Mingyu yang datang dengan sekeranjang bahan makanan pun langsung menengahi. Mulai memilah bahan yang akan dicuci.

Jiyeon menyusul dengan menghentakkan kakinya kesal. Namun tindakan seperti itu malah membuat lututnya nyeri luar biasa. Berdecak dan mengambil tempat untuk mengupas kentang. Sementara Mingyu yang sudah memisahkan bahan untuk dicuci pun pergi ke sumber air bersih yang berada di dekat perkemahan mereka.

Jieun mulai merebus daging ayam dan Wonwoo yang berada di sebelah Jiyeon untuk memotong beberapa sayuran.

"Setelah ini mungkin kita jarang bertemu," ujar Jiyeon tanpa menatap Wonwoo. Tangannya masih melanjutkan mengupas kulit kentang.

Ada rasa tidak suka saat Jiyeon mengatakannya, tapi Wonwoo masih mencoba tenang dan melanjutkan memotong paprika.

"Aku benar-benar akan belajar untuk merebut posisi Mingyu. Kau sudah janji jika aku berhasil mendapatkan rangking satu semester ini, kita akan liburan berdua saja." Sengaja Jiyeon mengeraskan sedikit suaranya, agar Jieun mendengar dengan jelas.

"Hn ... selamat berjuang," balas Wonwoo terlihat tidak peduli. Namun di dalam hati ia benar-benar ingin melihat Jiyeon sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai terbaik dan meraih juara satu.

Jiyeon melirik Jieun yang membelakangi mereka. Gadis itu tengah memasak dengan fokus, meski Jiyeon yakin jika Jieun pun mendengarkan semua percakapannya dengan Wonwoo.

Matanya berpindah pada kaki Jieun yang terluka, tepat pada betis gadis itu yang kini sudah terbalut kain kasa. "Kakimu sudah membaik?"

Jieun menghentikan pekerjaannya dan berbalik pada Jiyeon, menyunggingkan senyuman dan mengangguk dua kali. "Sudah, bagaimana dengan lututmu?" Jieun balik bertanya.

Dan pertanyaan dari Jieun sukses membuat Wonwoo ditarik pada rasa bersalah kemarin malam. Sampai saat ini ia belum bertanya bagaimana luka Jiyeon. Gengsi membuat afeksi kecil itu tertahan sampai membuatnya susah tidur kemarin malam.

Sepasang mata kecilnya melihat lutut Jiyeon yang memar dan ditutupi plester pada bagian yang terluka, pun lengan yang sama parahnya.

"Lukaku tidak sakit, hatiku yang sakit malam itu," balasnya sengaja menyindir Wonwoo.

Jieun ternyata juga ikut merasa tidak enak setelah mendengar balasan dari Jiyeon yang keluar dengan ringan. Meski ia tahu jika gadis itu hanya menyindir Wonwoo, tetap saja rasa bersalah itu mengepung dada. Sebab, itu terjadi karena dirinya.

"Aku tinggal sebentar, aku akan menyusul Mingyu untuk membersihkan ini." Jieun mengambil tempat kentang-kentang yang sudah selesai Jiyeon kupas. "Tolong lihat rebusan ayamnya sebentar, ya?" Kemudian gadis itu berlalu, meninggalkan Jiyeon dan Wonwoo berdua.

Redamancy✔Where stories live. Discover now