04

2.5K 387 11
                                    

'abcdefg' Mind
:abcdefg: Parseltongue
"abcdefg" Dialog

OoOoOo

Banyak keanehan yang Harry alami beberapa minggu sebelum tahun kedua dimulai. Dimulai dari Aquilla yang lebih sering mendesis dan mengarahkannya ke dalam sebuah kamar mandi perempuan yang tak terpakai beberapa hari sebelum liburan musim panas, peri rumah bernama Dobby yang selalu menghampirinya dan mengatakan 'Master Harry Potter tak boleh kembali ke Hogwarts tahun ini.' dan masih banyak lagi.

Ada sebuah fakta yang membuat Harry sangat senang, Professor Snape melunak padanya. Tak ada cemoohan-cemoohan lagi walau sikapnya teramat dingin. Dan satu lagi, Ravenclaw memenangkan piala asrama tahun ini dengan perolehan nilai tertinggi.

Orang tua angkat Harry menyambut hangat kepulangannya, Harry memang mencintai sihir tapi Harry lebih mencintai keluarganya. Tumbuh di lingkungan penuh cinta membuat Harry sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Katakanlah Harry munafik, dia menyembah cinta tanpa tahu bagaimana mencintai orang tuanya. Harry hanya berusia dua belas tahun beberapa hari lagi bukan salahnya bila dia belum tertarik mencintai seseorang.

Dobby kembali lagi, dia berada tepat di depan Harry dengan pakaian kotor juga mata bulat menggemaskannya. "Master Harry Potter tak boleh kembali ke Hogwarts tahun ini, sangat berbahaya." Dobby kembali lagi dengan kalimat yang sama.

"Dobby, kenapa aku tak boleh kembali?" Harry bertanya dengan intonasi halus.

"Master Harry Potter tak boleh kembali. Master Harry Potter tak suka dengan kata-kata Dobby, Dobby bodoh!" Peri rumah itu mulai memukul kepalanya sendiri dengan kap lampu tidur di atas nakas. Harry mulai panik akan keberutanlan Dobby untuk menyakiti dirinya sendiri dan mulai mencoba untuk meraihnya. "Dobby berhenti! Kau melukai dirimu sediri, aku bukan tidak menyukai kata-katamu aku hanya bertanya alasan di balik kata-kata mu." Dobby menghilang lagi tanpa jawaban.

Besok pagi adalah jadwal untuk kunjungan Harry juga orang tuanya ke rumah Weasley The Burrow, Jane sangat antusias untuk kunjungan besok pagi. Dia bahkan sudah menyiapkan berbagai camilan muggle yang tak ada di dunia sihir, dia mendengar bahwa Arthur Weasley sangat senang dengan benda-benda muggle. Justin pun sama antusiasnya seperti Jane, dia sangat-sangat terpesona dengan hal magis seperti apa yang ia lihat di kunjungannya ke Diagon Alley satu tahun lalu.

Harry tak seantusias orang tuanya,  Harry sebenarnya mau menghabiskan liburan musim panasnya hanya bertiga bersama Justin dan Jane tapi berhubung kedua orang tuanya terlihat sangat antusias dengan kunjungan pertama mereka ke The Burrow Harry hanya menghargai dan mengikuti Jane dan Justin, setidaknya di sana ia bersama orang tuanya.

"Dear apakah kau sudah menyiapkan barang-barang mu untuk kunjungan besok?" Jane menepuk pundaknya pelan membawa Harry dalam pelukan hangat khas orang tua.

"Sudah, lagi pula kita di sana hanya berkunjung Mum." Harry mempoutkan bibirnya, Jane sangat gemas dengan anak laki-laki cantiknya. Sungguh beruntung Lily dan James dikaruniai seorang putra manis seperti Harry. Terkadang Jane sangat iri, tapi sekarang Harry adalah putranya. Darah bukanlah segalanya, Harry adalah milik mereka untuk sekarang. Dimasa depan mungkin Harry akan menikahi seorang gadis yang sangat cantik tapi Jane ragu dengan hal itu bila melihat tabiat dan wajah menggemaskan Harry, akankah nanti Harry dipersunting seorang lelaki tampan Jane tak sabar menunggu momen tersebut. Harry sangat cepat tumbuh, kemarin dia bahkan hanya seorang bayi merah yang menangis meminta susu.

"Segera tidur kalau begitu, mimpi indah." Jane mengecup puncak kepala anak laki-lakinya.

"Selamat tidur juga Mum, mimpi indah dan untuk Dad juga." Harry memeluk Jane erat dan melepaskan diri berlari ke kamarnya.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now