11

2.2K 346 23
                                    

"Tom, Tom?" Harry mengerjap-ngerjapkan matanya, manik sewarna Killing Curse itu bersinar terang meninta atensi dari orang di depannya.

"Tooooom......" Kini suara Harry dibuat mendayu-dayu, bukan maksud menggoda hanya saja Harry selalu suka dengan mimik wajah Tom yang selalu datar.

"Diam Potter! Bila kau hanya ingin mengganggu sebaiknya keluar dari buku harian ku." Tom berkata ketus, apa tidak ada nada lain yang bisa Tom berikan padanya, Harry bosan mendengar nada suara dingin nan ketus itu.

"Too~" Mulut Harry ditutup paksa, Tom membungkam mulutnya dengan tangan, sialan! Rasanya Harry ingin meledak marah namun Harry tahu dia hanya akan membuang-buang tenaga saja, Tom adalah tipe orang yang tidak akan mendengarkan keluhan apapun, merasa absolut, dan otoriter. Bajingan brengsek yang sayangnya brilian di segala bidang.

"Bila kau hanya ingin mengganggu alur hidupku di tengah keterbatasan ini, lebih baik kau keluar dan habiskan liburan musim panas mu dengan sesuatu yang lebih berguna." Tom masih saja mengabaikan Harry yang sekarang tengah meloncat-loncat ria di atas kasur berbalut sutra yang begitu empuk. Kenapa Tom susah sekali diajak bercanda? Selalu saja dingin padahal Harry sudah berprilaku semenyebalkan mungkin walau dia tahu hanya kemarahan yang dia dapat, seperti yang selalu Harry katakan Tom itu selalu terlihat menawan walau saat dipenuhi kemarahan.

"Tom, ceritakan lagi tentang dirimu." Harry berkata pelan. For Salazar's sake, Harry ingin tahu segala sesuatu mengenai Tom.

Setelah berjam-jam Harry menunggu akhirnya Tom mengalihkan atensi kearahnya, akhirnya mata biru itu melihat kearahnya.

"Aku sudah menceritakan semuanya padamu Potter." Voldemort muda bangkit dari kursi yang ia duduki lalu berjalan lurus mendekati Harry. Kening Tom berkerut, dia baru sadar bahwa Harry telah menghancurkan tempat tidurnya, seprai sutra itu kini kusut karena pergerakan Harry, andai saja Tom memegang tongkat Holly sudah pasti dirinya akan melemparkan hex yang menyiksa pada Harry, Stinging hex (Jinx) pasti akan sedikit menghiburnya namun sepertinya Crucio terdengar lebih baik.

"Diam Potter! Dan pastikan tempat tidurku rapih seperti sedia kala, jangan menggunakan sihir!" Harry mengerjap, Tom melotot. Seribu rencana jahat tersusun rapi di dalam pikiran Tom, apapun asalkan Harry diam dan tal mengganggu kehidupannya.

"Haruskah?" Harry menyatukan kedua tangannya di dada membuat gestur memohon dengan mata yang berbinar penuh makna, bukannya dia tidak mau membereskan hasil kekacauan nya tapi menggoda Tom adalah salah satu kegiatan paling menyenangkan.

Tom yang melihat perilaku aneh Harry hanya mampu mengucap beribu sumpah serapah, kenapa dia bisa menyetujui perjanjian konyol dengan seorang anak laki-laki yang bahkan belum genap berusia 13 tahun.

Melihat Tom yang sepertinya sudah sangat muak, Harry buru-buru membereskan tempat tidur Tom serapih mungkin. Harry lupa salah satu kegiatan paling pentingnya, tunggu sebentar, Aquila belum diberi makan seminggu lebih, ini tidak baik Aquila akan marah padanya.

"Tom aku pergi, sampai jumpa lagi." Harry memekik nyaring, Harry tidak menoleh sedikitpun pada Tom, dia hanya berlari kencang merapal mantra kemudian hilang ditarik cahaya berwarna Oren menyisakan Tom yang kebingungan. Tidak biasanya Harry meninggalkan tempatnya dalam kondisi terburu-buru. Kau merasa kehilangan Tom?

***

:Aquila, Aquila, oh maafkan aku Aquila: Harry mendesis memanggil ular boa kesayangannya. Belum ada yang tahu kemapuan Harry yang bisa berbicara dengan ular, termasuk Tom. Harry terlalu takut, dia tahu tabiat Tom , dan Harry yakin Tom tidak akan melepaskan peluang besarnya.

AMORTENTIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang