29

2.1K 304 62
                                    

Harry mendengarnya, mendengar apa yang Orde of the Phoenix katakan tentang dirinya dan Voldemort, sebuah ramalan yang di buat pada tahun 1975, tentang dia yang katanya bisa menjatuhkan Voldemort. Jatuh apa? Jatuh hati? Bila iya Harry akan menerima ramalan itu dengan tangan terbuka, sayangnya dunia tak sebaik itu padanya.

Shit! Bahkan saat ramalan itu keluar dari mulut Sybill Trelawney orang tua Harry belum lulus dari Hogwarts apalagi menikah, bloody hell.

Voldemort sudah kembali, Harry memberitahukan berita tersebut sejak keberhasilannya membawa piala Triwizard, namun sayang hanya segelintir orang yang mempercayai apa yang dia katakan. Harry ingin terkekeh sinis, yang awalnya mengelukan namanya kini berbalik mencibirnya.

Dia benci Cornelius Fudge, orang yang katanya menjabat sebagai Mentri Sihir itu benar-benar sialan yang buta akan kekayaan dan kekuasaan, tak heran bila Lucius Malfoy dengan mudah menduduki posisi tinggi di kementrian dan terbebas dari tuduhan sebagai Pelahap Maut. Dia bahkan melakukan banyak kampanye dan menyebarkan berita buruk tentangnya bersama dengan Daily Prophet, apa Fudge sepecundang itu sampai-sampai dia takut dengan berita kembalinya Voldemort? Hell, Harry saja yang tidur di atas ranjang yang sama bersama Voldemort tidak setakut itu.

Sudahlah, dari pada dia terus menerus merutuki Fudge lebih baik dia mengamati rumah Sirius yang juga bertransformasi menjadi markas Orde of the Phoenix ini.

"Little Prongslet!" Teriak Sirius dari atas tangga saat Harry sedang memperhatikan pohon keluarga Black. Ada yang aneh, milik sirius hitam seolah terbakar, juga ada beberapa nama yang bernasib sama seperti milik Sirius.

"Siri.." Jawab Harry dalam gumaman. Ayah baptisnya ini nampaknya selalu semangat dalam segala situasi, dan berada 12 tahun di Azkaban tak melunturkan sifatnya.

"Siri, nama mu..." Ujar Harry saat Sirius sudah berada di depannya, jari rampingnya menunjuk pada nama Sirius yang gambarnya habis terbakar.

"Oh itu, ibuku membakarnya." Jawab Sirius dengan mudahnya.

"Kenapa?"

"Karena aku berada di Gryffindor dan kabur dari rumah saat berusia 16 tahun karena tak mau mengikuti kemauannya."

Harry diam, ibu Sirius terlalu keras dalam mendidik anaknya. Sirius mengajaknya duduk di salah satu sofa, dia menceritakan kisah hidupnya, ayah, ibu, dan adik laki-lakinya. Orion Black, Walburga Black, Regulus Black, ketiga nama sakral yang konon katanya adalah keluarga Sirius, mengalir darah yang sama dalam nadi mereka.

Sirius menyayangi adiknya, walau sulit menerima fakta bajwa adiknya mengambil dark mark, Sirius menyayanginya.

"Aku tak tahu alasan pasti di balik kematian Regulus, namun satu yang ku yakini, hal tersebut pasti memiliki sangkut paut dengan Voldemort."

"Aku, maaf Siri aku tak bermaksud mengingatkan mu." Ucap Harry dengan kepala yang menunduk, dia merasa bersalah karena mengingatkan kembali Sirius pada salah satu kenangan kelamnya.

"Oh Harry tak apa, hei lagi pun hal tersebut sudah berlalu sejak lama sekali." Balasnya sembari mengelus halus surai raven Harry.

"Hei dimana Jane dan Justin? Aku belum melihat mereka hari ini." Tanya Sirius guna mengalihkan rasa bersalah Harry padanya, dia tak suka melihat putra baptisnya bersedih, oh mungkin James sedang meneriaki namanya di dalam kubur karena sudah membuat Harry bersedih.

"Mungkin ibu sedang membantu Nyonya Weasley memasak dan ayah menemani ayah Ron di ruang depan."

"Come on little Prongslet kita temui mereka."

Saat sampai di ruang tamu, sudah banyak orang berkumpul di sana, kedua orang tuanya, keluarga Weasley, keluarga Granger, dan jangan lupakan Remus ang kini sedang berbicara tentang isu yang beredar di Dunia Sihir.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now