37

3.2K 293 60
                                    

Warning!
NC garis keras, tidak diperuntukan untuk anak di bawah umur, dosa tanggung sendiri ya.

OoOoOoOoO

Di sepanjang perjalanan menuju kamar tidur, bibir kedua insan berbeda usia itu tak kunjung terlepas, saling memagut dalam mengecap rasa manis yang familiar. Voldemort sama sekali tak mau melepaskan Harry, sebelah tangannya yang besar menangkup pipi bokong Harry dengan posesif seakan tak ada hari esok, sedangkan tangan lainnya merengkuh leher Harry untuk memperdalam pagutan keduanya.

"Voldemort..." Bisik Harry di sela pagutan keduanya. Voldemort pandai membuatnya lupa akan daratan, tangan bahkan kalimat frontal yang keluar dari mulutnya selalu sukses membuat Harry mengeras.

"Tom, panggil aku Tom."

Ah ya Harry lupa, tapi nampaknya nama Tom lebih normal keluar dari mulutnya saat bertempur di atas ranjang.

Saat sampai di kamar tidur, Voldemort langsung melemparkan tubuh Harry ke atas ranjang yang empuk, menaikinya mengungkung tubuh Harry diantara tubuh besarnya.

"Kau tak takut denganku, Harry?"

"Tak sedikit pun, aku tak peduli bagaimana rupa mu." Harry membelai halus pipi pucat Voldemort, rupa bukan alasan seseorang untuk jatuh cinta, rupa itu fana rusak seiring waktu berlalu. Meski kini rupa Voldemort tak seindah Tom, hal itu tak semerta-merta menyurutkan cinta Harry padanya.

"Cium aku."

"My pleasure, Tom." Harry menyeringai sebelum akhirnya mempertemukan bibirnya pada milik Voldemort yang hampir tak terlihat, remaja laki-laki dengan hormon yang membeludak itu melesakkan lidahnya menjelajahi seisi mulut Voldemort, mengabsen setiap inchi isi mulut Voldemort.

"Bad kitten!" Ucap Voldemort sembari meremas kencang bongkahan kenyal Harry saat pagutan keduanya terlepas, berdekatan Harry memang selalu mampu menghancurkan dinding tak kasat mata yang susah payah Voldemort bangun. Harry dan pesonanya adalah faktor terbesar penyebab kematiannya.

"Just for you." Harry menggigit kecil cuping telinga Voldemort, berbisik seduktif di telinganya, membuat si empunya meremang penuh nikmat.

Kucing nakalnya belajar sangat cepat, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun kucing nakalnya ini menjadi penggoda ulung. Tak tahan dengan godaan-godaan erotis kucing nakalnya, Voldemort memutuskan merobek kain yang melekat di tubuh Harry, memperlihatkan tubuh mulus dengan lengkungan-lengkungan yang sempurna milik kucing nakalnya.

"Aku menyukai tubuh tanpa busana mu." Mata merahnya semakin panas terbakar gairah kala puting kecil berwarna merah muda Harry menampakkan eksistensinya, menggoda Voldemort untuk segera  menjilatinya.

Voldemort tak membuang waktu, dengan segera dia mengecup seluruh permukaan kulit Harry dari atas hingga bawah, namun saat kecupannya beralih pada punggung tangan Harry, mata merahnya berkilat penuh amarah. Beraninya dia!

Harry sadar perubahan air wajah Voldemort, dia tahu Voldemort telah melihat luka yang Umbridge ukir di punggung tangannya. Harry tak tahu apa yang harus dia lakukan, namun nampaknya lukanya mengganggu kegiatan 'manis' mereka berdua, oleh sebab itu dengan segera dia menyembunyikan punggung tangannya dari pandangan Voldemort.

"Siapa?" Suara Voldemort dingin penuh amarah menyapa gendang telinganya. Harry menggeleng kecil. "Aku ceroboh saat it-" Belum selesai Harry mengucapkan kalimatnya Voldemort sudah lebih dulu menyela.

"Aku tahu apa penyebab luka mu itu, Harry, dan tak mungkin kau sengaja menggunakan pena darah pada diri mu sendiri. Siapa, jawab dengan sejujur-jujurnya." Voldemort mengungkung Harry diantara tubuhnya, memandang Harry lekat mencari sebuah kebohongan di iris hijaunya.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now