27

2.1K 313 35
                                    

Warning! Bab ini mengandung unsur dewasa.

OoOoOoOoOo

Tidak pernah terbayang dalam setiap khayalannya bila dia akan kembali bertemu dengan Tom barang sekalipun, namun Harry yakin ini bukan ilusi semata. Tom nya berada tepat di hadapannya, memakai jubah hitam, dengan wajah yang tak lagi berada di usia 16 tahun. Tom nya terlihat lebih dewasa sekarang,  mungkin parah Tom yang sekarang berada di kisaran usia 25-27 tahunan.

Harry terpaku di tempatnya, suara dalam Tom pun tak mampu menariknya keluar. Dia terkejut melihat kehadiran Tom, terlebih kini keduanya berada di tempat yang selalu Harry mimpikan.

:Master.: Desisan ular, desisan yang tak kalah berbahaya dari Basiliks yang Harry pernah dengar.

Mata Harry kain sayu. 'Apa ini akhir hidupku?' Dia tak ingin melawan Tom, di sisi lain bila benar keduanya saling melempar mantra, hanya keajaiban yang mampu membuat Harry bertahan.

Ular besar milik Tom atau mungkin Voldemort terus saja memperhatikannya, semua gerak geriknya. Harry tersenyum kecil, dia gagal bahkan hanya untuk sekedar sedikit menerangi jalan Tom.

:Nagini, mundur.: Desis Voldemort pada ularnya. Tanpa di perintah dua kali Nagini bergerak mundur menjauhi tuannya.

"Harry Potter, susah tersadar dari dunia khayalan mu?"

Entah kenapa Harry tak menyukai nada suara yang Tom gunakan.

"Tom, kenapa kau berada di sini?" Tanya Harry masih dalam posisi yang sama, terduduk di hamparan rumput yang dingin.

"Bukankah, Tom mu itu sudah menjanjikan sebuah hal padamu, Potter?"

Benar, Tom menjanjikan bahwa mereka pasti akan bertemu lagi. Harry tak ingin berharap banyak mengenai hal tersebut, namun sepertinya Tom begitu menyayanginya sampai-sampai Tom mempertemukan Harry dengan Voldemort.

"Kau bukan Tom." Ucap Harry dalam intonasi kecil.

Jantungnya berdetak kencang, Tom nya memiliki netra biru yang indah bukannya manik merah darah yang menakutkan, Tom nya memang mengintimidasi, namun Tom tidak menyebarkan aura hitam yang pekat.

"Kau bukan Tom!" Teriak Harry keras.

"Secara teknis, kami adalah dua orang yang sama." Jawabnya. Voldemort mulai bergerak, mengikis jarak diantara keduanya.

"Harry Potter, aku tak mengira ibu tercintamu itu akan mengorbankan dirinya untuk mu, menggunakan sihir darah untuk mempertahankan hidup putranya dari kutukan pembunuh." Ucapnya sembari terus berjalan maju.

"Piertotum Locomotor."

Patung berbentuk Grim Reaper di atas sebuah nisan tiba-tiba menawan tubuhnya, Harry tak bisa bergerak, dia tak bisa melawan.

"Accio Potter's wand." Harry terdesak, terjebak dengan sebuah patung, tongkat yang disita, dan juga dihadapkan langsung dengan Voldemort.

"Aku sudah menunggu lama untuk ini." Tom menyeringai, tangannya yang dia simpan di belakang akhirnya memperlihatkan eksistensinya dengan sebilah pisau tajam di genggamannya.

Muncul banyak spekulasi dalam otak Harry.
Pertama, apakah Voldemort akan mengeksekusi hidupnya menggunakan cara muggle?
Kedua, apakah Voldemort ingin bermain-main terlebih dahulu dengan pisau tersebut?
Mengingat Voldemort adalah psikopat megalomania, Harry kira opsi kedua adalah yang akan Voldemort lakukan.

Harry menutup matanya, mempersiapkan mental dan hatinya dengan apa yang akan terjadi, mati di tangan musuh sekaligus orang yang dia cintai.

Dapat dia rasakan permukaan pisau yang dingin menyentuh kulit tangannya, tepat berada di pembuluh vena nya.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now