30

2.2K 298 81
                                    

Tinggal selama hampir satu bulan bersama Voldemort membuka sedikit pikirannya, pada dasarnya Tom dan Voldemort adalah orang yang sama, tak mengherankan bila perilaku dan sifat keduanya cenderung sama. Namun Harry masih dapat mengidentivikasi perbedaan keduanya, Tom memiliki kontrol emosi yang sangat-sangat bagus, sedangkan Voldemort memiliki anger issue, dan beberapa hal lain.

Ternyata Voldemort tak secabul yang dia kira, dia pikir tinggal hampir satu bulan bersama lansia berwajah dua puluhan itu akan menghilangkan label 'perawannya', tapi ternyata tidak. Sampai saat ini hanya satu atau dua jari milik Voldemort saja yang berhasil menembus pertahanannya. Tidak Harry sangka ternyata Voldemort memiliki tangan yang berbakat dan bertalenta sampai-sampai membuatnya gila.

Voldemort lebih sering menghabiskan waktunya di ruang kerja miliknya di Riddle Manor, bisa sampai sehari penuh Voldemort berdiam diri disana bersama berkas-berkasnya, juga Harry yang senantiasa menemaninya dengan sebuah buku sebagai pelepas jenuh. Harry sangat menyukai wajah serius Voldemort, tanpa seringai keji ataupun mimik jahat lainnya, pria itu terlihat ribuan kali lebih tampan saat tenang, dan Harry bisa menghabiskan waktu sehari penuh untuk mengamati ekspresi wajah serius Voldemort.

Entah Voldemort menemukan inspirasi dari mana, namun dia kerap kali menceritakan tentang 'Kisah Tiga Saudara' padanya saat malam tiba, Harry tak tahu alasan di balik perilaku aneh tersebut namun jujur dia menikmati waktu pillow talk-nya bersama Voldemort.

Mereka berdua tidur di kamar dan tempat tidur yang sama di salah satu kamar termewah Riddle Manor, Harry bisa melihat banyak perabotan antik yang tertata rapih disana. Walau Riddle Manor sudah ditinggalkan lebih dari 10 tahun tapi Manor itu masih kokoh berdiri, masih indah berkat bantuan Peri Rumah yang Voldemort paksa membersihkan manor-nya.

Harry pernah bertanya 'Apakah para Pelahap Maut mu tahu bila kau telah kembali?', Voldemort menjawab pertanyaannya dengan sebuh kekehan yang bisa Harry asumsikan sebagai jawaban iya. Sampai sekarang Voldemort masih mengingat status musuh keduanya, Voldemort masih sangat berhati-hati, dan sangat tertutup padanya, Harry tak suka itu. Bahkan sampai sekarang, hari terakhir liburan musim panas.

"Voldemort?" Panggil Harry yang baru saja memasuki ruang kerja pria di depannya, seperti biasanya Voldemort selalu duduk tegap di atas sebuah kursi dengan setumpuk kertas yang menunggu diselesaikan.

"Ya?" Sahut Voldemort yang masih tak mengalihkan atensinya dari tumpukkan kertas yang sedang dia baca. Voldemort maupun Tom adalah lelaki yang ambisius, tekun, dan menghalalkan segala cara untuk mendapat apa yang dia mau. Setahunya obsesi terbesar Voldemort dan Tom sejak dulu adalah keabadian, dari semua cerita yang pernah Tom ceritakan dia dapat menyimpulkan bahwa Tom sudah takut mati sejak kecil, dan berkat ramalam sialan pada tahun 1975 lalu membuat Voldemort ikut terobsesi padanya.

"Ada baiknya bila kau beristirahat terlebih dahulu, kau sudah menghabiskan hampir seluruh waktu mu disini." Ujar Harry sembari berjalan ke belakang kursi Voldemort, remaja berusia 15 tahun itu memijat bahu dan leher Voldemort, memberikan rasa rileksasi.

"Apa mau mu?" Tanya Voldemort, dia tak bodoh untung mengartikan kode yang Harry berikan, tentu saja remaja kesayangannya itu menginginkan sesuatu darinya.

Harry tertawa ringan. "Kau tahu rupanya." Balasnya sembari tetap memijat bahu Voldemort.

"Jadi?"

"Aku ingin menghabiskan waktuku bersama mu hari ini, besok aku harus kembali bersekolah."

Jadi itu yang ular kecilnya mau, bukan permintaan sulit, bahkan sangat mudah dan sederhana. "Baiklah." Balasnya. Voldemort memutar kursinya menghadap Harry, menarik remaja bertubuh kecil itu menaiki pangkuannya. "Jadi kegiatan apa yang kau inginkan untuk menghabiskan hari?" Tanyanya dengan tangan kananya yang diam di pipi kiri Harry.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now