12

2.2K 338 25
                                    

Kereta berhenti secara tiba-tiba, udara menjadi dingin dalam sekejap mata, membeku dalam waktu yang singkat. Harry bertanya-tanya ada apakah ini hingga suasana terasa begitu mencekam?

Orang dewasa dalam kompartemen itu masih saja tertidur, atau mungkin pura-pura tertidur.

"Apa yang terjadi?" Harry bertanya pelan, tak ada satu orangpun yang menjawab, Ron dan Hermione pun sama bingungnya.

"Lihat itu!" Ron berseru pelan dengan suara bergetar. Manik hijau Harry mengkap pemandangan yang merisaukan  hatinya saat melihat ke luar jendela, semuanya membeku.

"Ahhhhh"

Suara jeritan seorang gadis, tolong siapapun di balik kengerian ini untuk segera undur diri.

Harry menggigil, udara di sekitar kompartemen yang ia tempati menurun drastis.

"Ada seseorang di luar."

Kalimat Hermione dia abaikan, denyut jantungnya berdetak gila-gilaan. Ini bukan sesuatu yang baik.

Dalam bayang Harry dapat melihat seseorang berkuku tajam dengan jubah lengkap dengan tudung kepala, orang itu mencoba membuka kompartemen yang dia tempati dan membuat udara bertambah dingin.

Pintu terbuka, jiwanya serasa disedot paksa. Jeritan wanita, lampu hijau muncul seiring kesadarannya yang perlahan hilang.

"Expecto Patronum." Satu mantra yang Harry dengar sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.

***

"Harry, Harry, Harry!" Seseorang menepuk pelan pipinya.

"Oh God akhirnya kau sadar juga." Hermione dengan ekspresi cemas yang kentara di wajahnya mengucap syukur kepada Tuhan.

Harry bingung, yang dia ingat hanya seseorang berjubah hitam dengan jari-jari teramat kurus layaknya tulang terbalut kulit berwarna hitam legam dengan kuku tajam yang membuat udara menjadi dingin, sekelebat ingatan yang Harry tak tahu apa itu, dan suara jeritan wanita juga cahaya hijau yang Harry yakini sebagai warna kutukan Avada Kedavra.

"Apa yang terjadi?" Harry bertanya.

"Dementor, penjaga penjara Azkaban."  Sahut pria dewasa yang sebelumnya tertidur. Pria itu mengeluarkan bungkus coklat dan membukanya.

"Makan coklat ini Harry."

"Oh, Thanks." Harry tersenyum kecil.

***

"Harry, senang bisa kembali melihatmu." Itu suara Draco, pewaris Malfoy itu dengan tidak tahu malunya meneriaki namanya dan berlari kencang ke arahnya.

Harry tersenyum menanggapi perkataan Malfoy, dia tidak dalam kondisi hati yang baik untuk meladeni Draco yang keras kepala dan semaunya.

"Kau masih marah padaku Harry?" Raut wajah Draco nampak sendu, kilau mata yang tadi berbinar penuh rasa bahagia kini meredup sarat rasa sakit dan kecewa.

"Aku tahu ini karena ulah ku sendiri, andai aku tidak berprasangka buruk padamu." Draco menunduk dalam. Harry menghela nafasnya, demi Godric keduanya berada di tepi danau hitam dengan kata lain di area publik dan astaga kini banyak mata yang melihat interaksi keduanya.

"Draco, aku tidak marah lagi padamu. Aku hanya sedang dalam suasana hati yang buruk untuk berbicara." Harry menjelaskan alasan diamnya dalam bahasa yang sangat sederhana.

"Benarkah?" Draco kembali bersemangat, tanpa aba-aba dia menarik Harry ke dalam rengkuhannya. Draco memerah, dia baru sadar dengan apa yang baru saja dia perbuat, astaga itu memalukan.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now