18

1.9K 329 23
                                    

"Abcdefgh" Dialog biasa,
'Abcdefgh' Monolog dalam hati,
:Abcdefgh: Parseltongue,
Abcdefgh  Tulisan dalam buku harian atau surat.

OoOoOoOoOo


Semua mata memandang Harry rendah, mereka kira Harry gila akan perhatian dan ketenaran. Apakah mereka tak bisa melihat bahwa Harry tak bersalah disini? Harry pun sudah melakukan unbreakable vow namun tetap saja gunjingan dari mulut-mulut tak bertanggung jawab kerap terdengar. Ron menjauhinya, salah satu contoh nyata manusia yang cukup buta untuk melihat kebenaran. Dia mengaku sebagai sahabat Harry namun akhirnya jatuh karena rasa iri.

Harry ingin marah sungguh, apakah mereka tak memiliki kegiatan lain yang lebih bermanfaat dari pada mengolok-ngoloknya? Demi Merlin Harry tak ingin mengambil posisi Cedric sebagai juara Hogwarts!

"Harry." Itu suara Draco! Harry menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan menatap Draco yang sedang berlari ke arahnya. Apakah ini akan sama seperti peristiwa tahun kedua? Semua orang yang dia percaya mencurigainya?

"Harry aku ingin menanyakan sesuatu."

"Apa? Kau ingin menanyakan bagaimana namaku bisa keluar dari sana? Apa kau cukup buta untuk melihat sumpah ku Malfoy?!" Jawab Harry  kesal, wajahnya merah karena marah. Sudah hampir satu minggu sejak namanya keluar menjadi juara Hogwarts dan seisi sekolah sudah menobatkannya sebagai orang paling dibenci di Hogwarts menggantikan posisi professor Snape.

"Bukan itu maksudku Harry, aku percaya padamu." Jawab Draco. Nada suaranya tegas tak menyiratkan sedikitpun keraguan di dalamnya, dia 100% percaya pada Harry, dia tahu kehidupan Harry memang tidak cukup normal seperti remaja kebanyakan. Draco pun tak ingin menyianyiakan kembali kepercayaan yang Harry berikan padanya, cukup saat tahun kedua saja kesalahannya, dia tak ingin mengulang lagi. Draco bukan orang bodoh yang akan kembali jatuh pada lubang yang sama. Kepercayaan bagaikan kaca yang pecah, sekeras apapun kau mencoba mengembalikannya kembali seperti semula, kaca itu tak akan lagi sama, akan selalu ada potongan kecil yang hilang.

"Lalu apa Draco? Kau ingin mengolok-ngolok ku seperti yang dilakukan seisi Hogwarts?" Nafas Harry memburu. Dia lelah, dia lelah dengan hidupnya, namun bukan berarti dia menyerah untuk hidupnya.

"Aku percaya padamu Harry, sangat percaya. Sekarang tenangkan dirimu, tarik nafas dan keluarkan." Bujuk Draco mencoba menenangkan. Tangan Draco menggapai bahu Harry, memegangnya pelan mencoba memberikan sedikit dorongan moral dan semangat untuk sahabat pertamanya. Draco menarik pergelangan Harry pelan, dia mendudukkan tubuh Harry yang mulai tenang.

"Aku datang bukan untuk menyalahkan mu Harry, aku tahu kau bukan orang picik yang berpikiran untuk menggeser posisi Diggory, tenang Harry." Sambung Draco.

Saat Harry mulai tenang, tak ada lagi nafas yang memburu, ekspresi keras, wajah memerah marah, dan tangan yang terkepal erat, Draco membawa Harry dalam pelukannya. "Stt jangan lagi sedih Harry, jangan pedulikan omongan busuk orang-orang yang iri itu."

Harry terkekeh pelan dalam pelukan Draco. "Kalau kau lupa Dray, mulutmu itu lebih busuk dari mereka." Jawab Harry. Terimakasih Draco yang sudah mengembalikkan suasana hati Harry.

"Potter sialan! Bisakah kau tak usah membahas diriku?" Protes si pirang. Niat hati menghibur Harry tapi malah dirinya sendiri yang terkena olokan Harry. Dia akui memang dia memiliki mulut yang sedikit kotor yang sering dia gunakan untuk mengolok-ngolok orang lain tapi hei saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas kebusukannya.

"Tidak bisa." Harry melepaskan pelukannya lalu menatap Draco dengan seringai yang indah terukir di sudut bibirnya. "Mulutmu kan lebih busuk dari siapapun Dray." Lanjut Harry menggunakan suara yang menurut Draco menyebalkan.

AMORTENTIAМесто, где живут истории. Откройте их для себя