26

1.9K 320 35
                                    

Bilmey! Sekarang semuanya terlihat sangat jelas. Dari mulai kematian Bartemius Crouch Senior selaku wakil dari Kementrian sihir sesaat setelah selesainya tes kedua, kematian Barty Crouch Senior memberikan teka-teki rumit bagi seluruh penjuru Dunia Sihir. Siapa? Siapa yang telah membunuh Mr. Crouch? Tak ada yang tahu, hanya tertinggal sedikit residu sihir hitam di tempat kejadian perkara.

Harry langsung melaporkan kejadian tersebut pada Dumbledore Kepala Sekolah nya. Sulit dipercaya tapi menurut apa yang dia lihat hal tersebut benar-benar terjadi, Igor Karkaroff merendahkan harga dirinya sendiri dan memohon pengampunan di depan seluruh mata Kementrian Sihir, tak hanya itu ternyata putra satu-satunya Mr. Crouch yang memiliki nama yang sama seperti ayahnya merupakan salah satu Pelahap Maut Voldemort. Kabarnya putra satu-satunya Mr. Crouch telah meninggal di Azkaban beberapa bulan setelah kunjungan Mr. Crouch dan istrinya.

Tentu saja semua hal yang telah terjadi memiliki sangkut paut dengan Voldemort, mungkin keberadaan Harry dalam turnamen Triwizard merupakan salah satu akal-akalan Voldemort untuk menghabisi nyawanya. Madman!

Baik Voldemort maupun Tom adalah orang yang sama, sama-sama dipenuhi dendam, bodohnya Harry tak menghiraukan hal tersebut. Namun sudahlah, nasi sudah berubah menjadi bubur, tak akan bisa lagi diulang.

Harry hanya bisa berharap, semoga tidak ada lagi korban nyawa karena turnamen ini. Harry tidak ingin terlalu banyak berharap tentang Voldemort ataupun Tom, dia lelah berharap.

"Harry, bagaimana kabarmu hari ini?" Tanya Ron yang baru saja menghampirinya. Dia termenung di tepi Danau Hitam, sisi yang berlawanan dari tempatnya menghabiskan waktu bersama Tom.

"Baik, bagaimana denganmu Ron?" Jawabnya tanpa melirik ke arah Ron, dia terlalu terlena melihat pantulan cahaya surya yang berada di Danau Hitam, indah. Harry suka melihat air yang tenang tanpa ada sedikitpun gelombang, hal itu memotivasinya untuk tetap tenang dalam menghadapi segala macam situasi.

Namun ada kalanya air bergerak tak terkendali dan menimbulkan kegaduhan.

"Aku baik-baik saja, ya aku dan Hermione khawatir padamu Harry. Kau terlihat murung dan jarang terlihat di great hall."

Harry mengalihkan atensinya pada Ron, dia tersenyum. "Aku berada di perpustakaan, mempelajari banyak mantra yang mungkin bisa aku gunakan nanti." Jawab Harry. Harry menghargai kepedulian teman-temannya, Draco, Ron, Hermione, namun ada saatnya Harry harus menyimpan rahasianya sendiri.

"Kau bohong Harry, aku dan Hermione sering datang ke perpustakaan untuk mencari mu. Kau tak ada di sana." Ucap Ron. Remaja 15 tahun berambut merah itu memposisikan dirinya duduk di samping Harry, dia menelisik wajah sahabatnya yang putih pucat. Ron sedikit heran, Harry itu kerap kali menghabiskan waktunya dengan bermain Quidditch, namun tetap saja kulitnya putih dan halus. Tak seperti ayahnya yang memiliki kulit tan, mungkin Harry lebih mewarisi perawakan ibunya.

"Aku tak berbohong, aku memang menghabiskan hampir seluruh waktuku di perpustakaan." Harry memang tak berbohong, dia benar menghabiskan waktunya di perpustakaan, namun bukan perpustakaan sekolah.

"Perpustakaan yang dijaga Madam Pince bukan?" Tanya Ron. Setahunya perpustakaan Hogwarts seluruhnya adalah kekuasaan Madam Pince.

"Bukan, lebih privasi dan tidak bisa kau bayangkan." Kamar rahasia Slytherin, Ron tak bisa masuk ke sana.

"Aku dan Hermione hanya ingin berpesan agar kau menjaga kesehatan tubuhmu Harry, kau jarang terlihat saat sesi sarapan hingga makan malam. Sayangi tubuhmu Harry."

"Ya aku selalu pergi ke dapur Hogwarts, meminta salah satu Peri Rumah untuk menyediakan sedikit makanan untuk ku dan Aquila."

Ron menarik nafasnya pelan, Harry terkadang bisa sangat keras kepala.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now