21

2K 322 25
                                    

Jadi Harry harus pergi ke pesta dansa di malam natal nanti dengan siapa? Tom jelas tak akan sudi mengatakan iya padanya, dia tahu Tom masih berjaga-jaga siapa tahu Minerva McGonagall masih mengingat jelas wajah mudanya. Harry tak punya teman wanita kecuali Hermione dan kalaupun harus mengajak teman pria sebagai pilihan terakhir, tidak terimakasih Harry tidak berminat. Sejujurnya Harry masih menyukai wanita dan Tom adalah pengecualian, entah apa yang membuatnya jatuh pada Tom, bila melihat dari kaca mata publik seharusnya dia benci setengah mati pada Tom. Satu yang pasti, dia ingin mengajarkan pada Tom apa itu cinta.

Dia sadar dia hanya remaja tanggung berusia 14 tahun yang belum mengenal pahit asam dunia, tapi dia mengenal apa itu cinta, orang tuanya mengajarkan hal menakjubkan itu padanya. James dan Lily Potter, orang tua kandungnya meninggal mempertaruhkan nyawa untuknya karena cinta tanpa batas untuknya, begitupun Justin dan Jane Lloyd, mereka mengajarkannya cinta padanya sejak pertemuan pertama ketiganya.

Tom itu jenius, keturunan terakhir Slytherin, dia mampu menjadi apa saja yang dia mau, tapi Tom mengambil jalan yang salah. Harry yakin tak ada antara baik dan jahat tapi niat yang membuatnya terjadi. Tom tak punya pegangan saat dulu mengambil langkah, itu yang membuatnya salah mengambil langkah. Andai saja dia lahir lebih cepat.

Terlalu asik memikirkan Tom membuat dirinya tak sadar ada dua orang yang mendekati lokasinya, Ron dan Hermione.

"Harry, boleh kami meminta sedikit waktumu?" Hermione membuka percakapan diantara ketiganya, mengalihkan atensi Harry dari lamunannya, menariknya kembali ke dunia nyata.

Dia mengangguk kecil. "Ya tentu." Meski keduanya sedikit menggores luka pada hatinya berhenti peduli bukan lah pilihan yang tepat. Ron memang iri padanya, entah dengan Hermione, tapi mereka pasti memiliki alasan khusus melakukan tindakan 'bodoh' tersebut.

"Aku merenungkan apa yang telah terjadi, aku melihatmu bersumpah di depan Great Hall, kesungguhanmu, aku tahu kau tidak berbohong. Jiwaku sedikit terguncang melihatmu melawan naga, kau salah satu sahabat terbaikku Harry, juga berjasa atas hidupku. Aku marah juga khawatir, aku tak tahu harus menumpahkan amarahku ini pada siapa, aku...." Hermione menunduk, gadis muda itu malu. Harry tak salah tapi dia mendiaminya dalam jangka waktu cukup lama hanya karena kegundahan hatinya juga amarah yang tak ada akhirnya.

"Aku akhirnya mendiami mu." Lanjutnya dalam bisikkan yang masih bisa Harry dengar.

"Aku senang kau selamat Harry, maafkan sikap kekanak-kanankan ku. Aku akui aku iri padamu, kau memiliki harta yang melimpah, ketenaran, juga kekuatan. Aku iri, aku sangka kau sengaja memasukkan namamu sendiri pada awalnya dan tak memberi tahuku trik untuk melewati garis usia. Aku minta maaf, aku memang bodoh." Kini giliran Ron yang jatuh pada suasana penyesalan, jelas-jelas dia melihat Harry yang melakukan sumpah, tapi egonya merajai, dia iri akan semua yang Harry miliki. Stupid read hair.

Harry diam, dirinya ingin berkata tidak. Kemana saja dua orang itu saat Harry terpuruk? Mereka bahkan tak memunculkan batang hidungnya, dulu Mione hanya sekali menemuinya untuk memberitahukan bajwa Hagrid sang penjaga Hogwarts ingin menemuinya kemudian hilang bagai di telan bumi. Hanya Tom dan Draco yang mempercayainya.

Sekali lagi sisi kemanusiaan Harry muncul kepermukaan, sisi Hufflepuff nya merajai. Bila Tuhan bisa memaafkan dosa-dosa umatnya kenapa dia tidak? Harry bukan seseorang berhati emas nan luas, di memiliki sekuncup dendam dalam hatinya, setiap makhluk pasti memiliki sisi terkelam dalam hatinya termasuk Harry. Namun sekali lagi logikanya berbicara, bila dia bisa memaafkan Tom yang membunuh orang tuanya kenapa dia tak bisa memaafkan kesalahan temannya?

Hatinya terbuka lebar sekarang, secercah cahaya muncul. Mungkin ini saatnya dia melupakan masa-masa suram yang baru-baru ini terjadi.

"Ya." Ucap Harry, dia tak tersenyum namun dia telah benar-benar memaafkan mereka berdua dan mungkin seluruh murid Hogwarts,  mungkin.

AMORTENTIATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon