40

2K 282 82
                                    

Halo semua! Akhirnya aku bisa update juga setelah ide menulis yang tiba-tiba hilang dan kesibukkan yang astagajsjs banyak banget.
Ga nyangka ternyata ada yang kangen sama cerita ku ini, huhuhu terharu.
Maaf ya, aku lama banget hiatnya 🙏

OoOoOoOoO

Tulisan bertinta hitam yang sengaja dicetak tebal itu membuat Harry terdiam kaku, Voldemort sudah berada di luar batas, dia membebaskan hampir separuh isi Azkaban yang hampir semua populasinya diketahui sebagai pengikut setia ideologisnya.
Azkaban dengan semua momok menakutkannya berhasil dijebol paksa oleh Voldemort dan para pengikutnya, membebaskan para tawanan yang kewarasannya dipertanyakan, teruma Bellatrix Lestrange.

Sejak awal mendengar nama wanita itu Harry sudah mendapat firasat buruk, wanita adalah wanita yang sama dengan wanita yang menyiksa orang tua Neville hingga terjebak di St. Mungo, wanita yang sama yang tak mau Sirius akui sebagai salah satu sepupunya.

Meninggalkan kabar berita mengenai Azkaban yang dijebol paksa oleh Voldemort, Fudge masih saja enggan mengakui bajwa Voldemort telah kembali. Dia tak mau menyebarkan isu miring yang membuat Dunia Sihir gempar tanpa kepastian yang pasti alibinya, Harry rasanya ingin mendesis dalam bahasa ular di depan Fudge, pengecut yang gentar hanya karena sebuah nama.

Semua peristiwa tak terduga ini membuat otak Harry menguap, rasanya mustahil untuk kembali menata ulang. Sejak awal harusnya Harry sadar hati Voldemort terlalu dalam untuk dia gapai, tersembunyi di suatu relung gelap yang tak pernah terjamah cahaya, namun kali ini Harry ingin egois mempertaruhkan hatinya pada Voldemort. Persetan dengan akhir yang bahagia, Harry ingin berusaha bahkan bila itu melebihi batas kemampuannya.

Sampai saat ini Voldemort tak sekali pun membalas suratnya, mungkin ratusan surat yang sengaja Harry kirimkan semuanya berakhir terbakar habis oleh Incendio. Harry tahu betul tabiat pria yang entah sejak kapan mulai dia cintai itu, baik Tom maupun Voldemort memiliki tempramen yang buruk, pendendam, dan juga egois. Namun sampai saatnya tiba nanti, Harry tak akan pernah menyerah untuk memberikan sedikit cahayanya pada relung gelap Voldemort.

"Harry kau mau kemana? Ini sudah hampir mendekati jam malam." Tanya Kevin sedikit menegurnya. Memang sejak kabar perihal Azkaban yang ditembus paksa jam malam Hogwarts semakin diperketat, pihak sekolah takut bila-bila salah seorang pelahap mau kembali berhasil menembus dinding pertahanan Hogwarts, seperti Barty Crouch Junior dulu.

"Tidak, aku hanya ingin mencari Aquila, dia belum kembali sampai sekarang, aku khawatir." Jawab Harry yang membuat Kevin menekuk alisnya, ya memang mungkin hanya Harry yang akan mengkhawatirkan keselamatan ular sebesar Aquila dibandingkan fakta bahwa Aquila sangat mampu untuk meremukkan seluruh tulangnya.

"Lebih baik kau tetap di menara, Harry, aku yakin Aquila akan segera pulang." Balas Kevin yang langsung diangguki oleh Terry.

"Benar apa yang Kevin katakan, Harry." Tambah Terry sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

Harry tersenyum manis sebagai jawaban kemudian berkata dengan nada penuh canda gurau. "Tapi Aquila tak akan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh lukisan." Terry dan Kevin terdiam, benar juga apa yang Harry katakan, mau tak mau keduanya membukakan jalan untuk Harry keluar dari menara.

Remaja laki-laki berusia 15 tahun itu menelusuri koridor gelap nan dingin mencari sebuah tempat yang penuh ketenangan. Alasan mencari Aquila hanyalah alibi belaka, karena sesungguhnya kini Aquila sedang berbaring nyaman di atas kasur hangat milik Harry di menara Ravenclaw.

Hutan terlarang akan sangat mematikan saat malam tiba, banyak makhluk nocturnal yang amat berbahaya di sana, meski tak sedikit makhluk manakjupkan seperti Unicorn yang tinggal di sana. Namun hutan terlarang terdengar meyakinkan sebagai tempat untuk merenung, dengan syarat tak menjelajah terlalu dalam. Lagi pun Harry sudah menyiapkan tongkatnya, menandai pohon dengan mantra menggores pohon dengan tanda agar tak hilang arah nantinya.

AMORTENTIAWhere stories live. Discover now