Hari yang Indah

171 81 41
                                    

"Apakah kehilangan merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri ini semua?"
Ucap gadis tersebut sambil mengusap air matanya.
.
.
.
.

"Pagi sayang, bagaimana tidurmu?" Seorang wanita dewasa dengan celemek dapurnya yang terlihat sedikit lusuh menyapa putri remajanya yang sedang menuruni tangga

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Pagi sayang, bagaimana tidurmu?" Seorang wanita dewasa dengan celemek dapurnya yang terlihat sedikit lusuh menyapa putri remajanya yang sedang menuruni tangga.

" Pagi Bu.., seperti biasanya... tetapi bu..aku masih sering bermimpi mahkluk itu." Jawab Gadis itu lesu.

Ibunya yang tadinya tersenyum hangat sedikit mengendurkan senyumannya karena entah sesuatu yang beliau pikirkan. Namun, semenit kemudian mencoba kembali tersenyum dan menghilangkan kegelisahan dalam hati putrinya.

"Ibu yakin Hazel bisa melupakan mimpi itu dalam 1 atau dua hari lagi, kamu hanya perlu berdoa saja sebelum tidur." Jawab Ibunya menenangkan sambil menyiapkan sandwich untuk sarapan keluarganya.

"Semoga saja apa yang ibu katakan itu benar." Sambung Hazel.

Pikiran Hazel yang masih kalut itu akhirnya tergantikan karena tiba-tiba melintaslah aroma dari daging yang dimasak oleh ibunya.

Tekstur keju parut yang lembut dan tomat yang segar dipadu oleh beberapa irisan mentimun dan daun parsley membuat Hazel merasa semakin lapar walaupun hanya melihatnya dari kejauhan.

"Aduu sandwich buatan ibu emang gaada lawan!"

Hazel pun kembali menghadap ke kursi samping kiri dan kanan lalu menghadap ke ruangan atas dengan ekspresi bingung

"Ibu?...apa ayah dan adik sudah berangkat? Rasanya sepi sekali?" 

Ibunya yang mendengar hal itu langsung  mengembangkan senyumannya manis dan tertawa kecil seraya berkata,

"Hihihi, bahkan kamu jadi orang kedua yang sudah bangun dan bersiap paling awal setelah ibu. Mereka kesiangan Hazel. Mungkin karena melihat acara sepak bola kesukaan mereka."

"Wahh lihat bola tidak mengajak Hazel nih ibu" rengek Hazel.

"Gapapa toh ibu juga pas awal pertandingan sudah tidur duluan." Ucap Ibu Hazel senyum sambil menoleh ke arah putrinya.

Lalu terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Hazel pikir ini pasti adiknya dan menoleh ke arah tangga. Nah benar!

"Pagii kak!" Sapa adik laki-laki Hazel ceria sambil menuruni tangga dengan semangat.

"Hei Liam... wah yang habis begadang nih, tadi malam grupnya siapa ni yang menang?" Tanya Hazel penasaran.

"Ya pasti jagoannya adik lah, keren kak kemarin malam itu skornya imbang 3-3 loh trus akhirnya babak penentuan, grup jagoannya adik goal jadinya menang deh." Cerita Liam.

Ayah Hazel akhirnya ikut turun dan bergabung di meja makan untuk sarapan sembari melanjutkan cerita Liam tentang pertandingan yang mereka saksikan kemarin malam.

"Ibu udah tidur duluan sih, kan jadi ga seru!" Sahut Ayah Hazel sambil mengerucutkan bibirnya.

"Nah kalau begitu berarti, kalo ibu kesiangan, ayah ya yang harus bangun pagi dan membereskan pekerjaan rumah."  Ucap Ibu Hazel sambil menatap ayahnya yang usil.

Ayah Hazel langsung kembali menghadap istrinya dengan senyumannya yang sedikit merekah dan membentuk jari di tangan kanannya seperti simbol "peace".

"Kalau kemarin malam bukan mimpi dan mereka sampai begadang, berarti  seharusnya mereka bisa mendengar ya suara lemari yang besar itu bisa dilempar makhluk tersebut hanya dengan tangan kosong?"
Pikir Hazel, selang beberapa menit kemudian gadis itu pun langsung menggelengkan kepalanya dan kembali berbincang santai dengan keluarganya.

"Oh iya Hazel sama Liam nanti bantu ayah cari kayu bakar lagi ya, untuk persediaan nanti malam." Sambung ayah disela-sela sarapan mereka.

"Siap laksanakan ayah." Jawab Hazel dan Liam serempak sambil mengangkat tangan hormat.

Setelah selesai dengan sarapan dan membersihkan meja makan. Hazel dan Liam langsung bersiap-siap memakai sepatu boot anti lumpur mereka serta tidak lupa memakai jas hujan karena keadaan diluar yang berembun dan mendung.

Setelah pamit pada ibunya mereka pun bergegas mengikuti ayahnya dari belakang untuk membantu mencari kayu bakar di hutan.

Pemandangan di hutan sangatlah indah menurut Hazel.

Dengan suara dari burung dan jangkrik yang entah dari mana asalnya sangat menentramkan hati, ditambah dengan angin sepoi sepoi yang  lembut walaupun sedikit membuat Hazel kedinginan.

Serta jalanan lumpur dan pohon-pohon cemara yang sama-sama tinggi menjulang. Membuat keadaan begitu menenangkan. Mereka mulai melewati sungai kecil, melihat air terjun hingga jalan setapak penuh dengan dedaunan kering.

Hazel bersyukur karena hidup di lingkungan seperti ini membuatnya membayangkan cerita-cerita dari novel kesukaannya yang tokoh utamanya juga memiliki lingkungan rumah di hutan hujan yang nyaman seperti ini.

"Nah kita sudah sampai anak-anak." Seru ayah membuyarkan lamunan Hazel.

Ayah Broto langsung mengeluarkan gergaji manualnya mencari ranting pohon yang cocok.

Setelah menemukan ranting pohon yang cukup besar akhirnya ayah memanggil Hazel untuk membantunya menggeser ranting pohon tersebut.

Dengan sigap Hazel mencoba membantu ayahnya menggeser ranting itu, sedangkan Liam duduk di salah satu batang pohon yang sudah jatuh dengan ukurannya yang pendek sambil memejamkan mata dan menggerakan kakinya lalu bergumam lagu "bintang kecil di langit yang biru" dengan ekspresi wajah yang bikin pingin nyubit pipinya gemes. //^^//

Saat ayah dan Hazel memotong ranting tersebut, untuk menghilangkan kejenuhan ayah Hazel bercerita banyak hal tentang bagaimana ayah dan ibunya yang saat itu bekerja di perusahaan tambang batu bara bertemu.

"Kamu tau dulu ayah kalo mau PDKT sama Ibu itu harus google translate dulu. Karena Ibu belum sepenuhnya fasih Bahasa Indonesia." Ungkap ayahnya sambil tersenyum karena mengingat masa itu.

Hazel dan Liam pun ikut tersenyum dan tertawa kecil sambil menggoda-goda ayahnya yang bercerita jika sering memberikan pantun gombal pada Ibu mereka dulu.

"Ayah orangnya gombal yah." Canda Hazel disusul dengan tawa hangat dari Liam dan ayah mereka.
"Lohh.. jangan ditanya dulu ayah ini rajanya gombal-menggombal." Balas ayahnya yakin sambil menepuk dadanya bangga. 

------------------------------------------------------
Akhirnya tidak terasa matahari sudah semakin naik dan ranting kayu yang cukup besar itu sudah berubah menjadi ranting-ranting kecil yang mudah untuk dibawa. Ayahnya menyiapkan karung besar lalu Hazel memasukkan ranting-ranting tersebut kedalamnya.

Sedangkan Liam juga membawa karung dengan ukuran yang lebih kecil untuk membawa sisa-sisa ranting kecil yang masih berserakan. Hazel yang melihat hal itu, langsung mengusap kepala Liam gemas dan tersenyum kecil yang dibalas oleh Liam dengan gembira.

"Yuk lah pulang, Ibu pasti sudah menunggu di rumah." Seru ayah mereka semangat.

Ditengah-tengah perjalanan menuju rumah mereka. Hazel merasakan hawa yang cukup tidak bersahabat dari sela-sela batang pohon berlumut itu.

Terlihat sosok hitam yang kemarin ada dalam mimpi Hazel berlalu-lalang dari pohon satu ke pohon yang lain.

Hazel yang melihat itu spontan jelas merasakan bulu kuduk nya berdiri karena merinding dan segera menutup matanya lalu beralih memandang kedepan lagi.

Hazel melihat sekelibat memori yang memperlihatkan darah dan pisau memenuhi kamarnya.

"Hah...keinget lagi..." Lirih Hazel lesu. Dia pun melanjutkan perjalanannya.

-----------------------------------------------------

When You Lost ItKde žijí příběhy. Začni objevovat