Suara yang memanggil

47 32 62
                                    

23

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

23.00

Kemarin...

Malam bulan purnama dengan cuacanya yang cerah tanpa awan sedikitpun. Anginnya yang tidak begitu kencang menggoyangkan beberapa daun dari hutan yang banyak tumbuh di tanah padepokan itu.

Pada waktu selarut ini menjadi waktu ideal bagi remaja-remaja itu untuk tidur. Mereka bisa melepas penat setelah menghabiskan waktu untuk berlatih mengasah potensi mereka. Disamping itu juga memulihkan energi untuk bisa berlatih kembali pada hari esok.

Di dalam pondok peserta didik baru itu suasananya terlihat sunyi dan sepi. Di bilik laki-laki, beberapa diantara mereka yang telah tertidur pulas, mendengkur dengan sangat keras bahkan ada yang berbicara sendiri di dalam tidurnya. Mungkin saja, hal itu dikarenakan mimpi mereka bukan?

Lain lagi di bilik perempuan, mereka tertidur tanpa menimbulkan suara dengkuran. Beberapa diantara mereka yang seharusnya berada di kasur tingkat di atas, kini tertidur memeluk teman mereka di kasur bawah. Mereka bilang, lebih aman tidur berdua begitu. Tidak terkecuali, Hazel.

Sejak sehari setelah mereka tidur di kasur masing-masing. Besoknya Ajeng yang cepat terlelap tidur di kasur atas pada malam hari menggoyangkan pundak Hazel, membuat gadis itu terbangun dengan mata yang berat untuk dibuka.

"Zel, tidur bareng ya?" Ucap Ajeng masih berdiri di tepi kasur Hazel menunggu jawaban gadis itu.

Hazel membalikkan badannya lalu duduk menghadap Ajeng dan melihat perempuan itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, bingung.

"Kenapa?" Lirih Hazel.

Ajeng meremas bantalnya,
"Aku...sebenarnya agak takut tidur sendiri."

Kemudian Hazel kembali merebahkan dirinya, menghela nafas dan mengangguk.

Dengan cepat, Ajeng naik ke kasur Hazel dan tidur disebelah gadis itu.

Ajeng kini membuka pembicaraan,
"Hazel.."

"Hmm?"

Ajeng menarik nafas,
"Kamu tau kan kalau kamu bisa mendengar sesuatu dengan sangat jelas di malam buta yang sepi?"

Hazel membuka matanya, berfikir.
"Memang benar, ada apa? Apa kamu mengalami sesuatu?"

Ajeng terdiam sesaat, menyisakan keheningan diantara mereka berdua.

"Aku mendengar sesuatu itu, Zel."

Hazel menoleh ke arah gadis yang ada disampingnya, menunggu penjelasan.

"Beberapa hari, setelah aku datang ke padepokan ini. Malamnya aku terus terbangun di waktu yang sama seperti ini, lalu secara tidak sengaja aku mendengar beberapa suara," jelas gadis tersebut.

"Setiap malam?" Hazel bertanya, memastikan.

Gadis disebelahnya mengangguk. Keheningan kembali lagi, jam berdetak dengan kencang, entah karena malam itu begitu sepi. Hazel menoleh ke langit-langit kasur atas milik Ajeng.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now