Pertanda Pertama

130 81 20
                                    

"Kamu, langsung pulang nih?" Tanya Hazel sambil membuka pintu rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu, langsung pulang nih?" Tanya Hazel sambil membuka pintu rumah.

"Maunya sih begitu, tapi ayah tadi sudah berencana mau memancing sama ayahmu." Balas Reza.

Hazel yang mendengar itu langsung melepas jaketnya dan berjalan menuju ibunya yang sedang menonton TV. Melihat ayahnya tidak berada disana membuat dia berfikir bahwa yang dikatakan Reza memanglah benar.

Ibu Ella yang melihat anaknya celingak-celinguk di belakang sofa tempatnya duduk langsung mematikan TV dan beranjak dari sofa.

"Eh udah pulang?, ayo makan dulu. Ibu udah siapin makan malam buat kita semua." Kata Ibu Ella sambil tersenyum hangat dan mengaba-aba Hazel untuk menata meja makan.

Hazel yang faham langsung dengan sigap langsung membantu ibunya menata lauk-pauk di meja makan dan menambahkan kursi untuk Reza dan ayahnya duduk nanti.

"Waduh...tante jadi gaenak ni." Kata Reza sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum canggung.

"Gapapa..sekalian dong, biar pulang-pulang udah kenyang." Balas Ibu Hazel sambil mendorong tubuh jangkung Reza pelan menuju meja makan.
-----------------------------------------------------------------

1 jam telah berlalu. Namun, Ayah Hazel dan Ayah Reza belum juga kembali. Mereka was-was karena ini sudah menjelang larut malam, tidak biasanya mereka begini, jika ayah mereka belum kembali maka sesuatu yang buruk pasti telah menimpa mereka.

Apalagi terdapat ancaman dari hewan buas yang ada diluar sana. Ibu Ella yang juga khawatir terhadap suaminya akhirnya meminta Hazel dan Reza untuk menyusul ayah mereka.

Sesaat ketika mereka berada di depan pintu, Reza tiba-tiba menghentikan langkah Hazel.

"Jangan Zel, aku aja yang menyusul mereka." Pinta Reza sambil menatap Hazel dengan khawatir.

"Nggak, aku juga mau menyusul ayah, aku takut sesuatu terjadi padanya." Balas Hazel.

Reza lalu menahan lengan gadis itu dan menggelengkan kepalanya lemah. Hazel yang tau hal itu langsung menunduk pasrah dan berhenti.

Tiba-tiba suara ayah Reza yang seakan meminta tolong sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Hazel dan Reza yang mendengar hal itu langsung berhamburan keluar dan mengecek keadaan sekitar.

Ternyata benar, sesuatu yang buruk telah menimpa ayah Hazel. Terlihat dari kejauhan Ayah Reza sedang berusaha menopang keseimbangan ayah Hazel yang lemah dan pucat. Melihat hal itu, Hazel langsung menangis tanpa bersuara sambil terus berlari menuju ayahnya.

"Paman, ayah kenapa? Dia terlihat pucat sekali." Tanya Hazel bingung dan tiba-tiba matanya membulat sempurna karena kaki ayahnya benar-benar bengkak, membiru, dan sedikit mengeluarkan darah.

"Hah...hah..hah, ayah..mu..sepertinya..kakinya...patah." Jawab ayah Reza kelelahan.
Mereka langsung membawa ayah Hazel kerumah dan meletakkannya di kamar ayah dan ibunya Hazel.

Dengan cekatan Hazel dan ibunya langsung menyiapkan obat luka, perban gulung dan bidai yang diperlukan. Tentu saja, sambil mengobati ayah Hazel, mereka tidak dapat menahan air mata yang mulai membasahi pipi mereka dengan deras.
-----------------------------------------------------------------

Ayah Hazel sepertinya masih tidak sadarkan diri, seluruh keluarga Hazel beserta Reza dan ayahnya dengan sabar menunggu agar lelaki paruh baya tersebut agar bisa segera membuka matanya.

Terutama Hazel, dia menangis di samping tubuh ayahnya yang terbaring tidak berdaya.

"Ayah...ayah... bangun, ini Hazel yah. Bangun ayah... kumohon jangan tidur terlalu lama seperti ini, ayah tau? semuanya sudah menunggu ayah untuk bangun." Lirih Hazel lemah.

Mendengar hal itu membuat Liam adiknya berlari menuju Hazel dan melompat untuk memeluk kakaknya itu. Dia juga menangis sedih melihat kondisi ayahnya yang seperti ini.

"Kakak...." Lirih Liam dipelukan Hazel.

Ibunya yang tidak tega melihat mereka menangis berusaha untuk menenangkan hati mereka dan memeluk mereka berdua.

Setelah itu, Ibu Hazel langsung menanyakan kepada Ayah Reza apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Mereka meninggalkan Liam dan Hazel di kamar bersama ayah mereka. Sementara yang lainnya duduk di kursi meja makan dan berbincang akan hal tak terduga yang baru saja terjadi pada ayah Hazel.

"Aku tidak menyangka juga hal ini akan terjadi, benar-benar tidak ada pertanda sedikitpun. Aku hanya menunggunya, karena dia pamit sebentar kepadaku untuk mengambil beberapa cacing tanah di dalam hutan. Namun, saat aku menyusulnya dia telah terbaring lemas dengan kaki yang patah seperti itu." Jelas ayah Reza dengan keringat yang membasahi tubuhnya, mungkin karena dia juga kelelahan menuntun ayah Hazel yang dalam kondisi seperti itu sendiri.

"Maka..kemungkinan suamiku tidak akan bisa berjalan untuk beberapa bulan ini. Bagaimana suasana di sungai saat hal itu akan terjadi? Tidak adakah tanda-tanda di dalam hutan dan di sungai saat itu? " Tanya Ibu Hazel dengan ekspresinya yang terlihat sangat gelisah dengan sisa jejak air mata yang belum kering di pipi lembutnya.

"Aku benar-benar tidak tau, kemungkinan dia diserang oleh binatang buas. Tetapi, aku tidak menemukan suatu cakaran atau satupun rambut hewan yang menempel di tubuhnya. Aneh sekali." Balas Ayah Reza.

"Kita tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum suamiku tersadar. Nanti, kita akan bersama-sama mencari tahu siapa pelakunya." Jawab Ibu Hazel yakin.

Sementara itu, Reza yang duduk di antara keduanya hanya memandang meja dengan tatapan kosong. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu. Tanpa disadari tangannya yang berada di bawah meja perlahan mengepal dengan keras. Sebelum pikirannya benar-benar kalut, tiba-tiba..

krekk.....
Itu adalah suara pintu kamar ayah Hazel yang perlahan terbuka. Hazel lalu muncul dari balik pintu dengan tatapannya yang sedih dan air matanya yang menetes tanpa henti dan berkata,

"Ayah sudah bangun."

-

----------------------------------------------------------------

When You Lost ItWhere stories live. Discover now