Tidak ada Keberuntungan (3)

43 34 44
                                    

Mobil ayah Hazel berhenti tepat di tepi jalan tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil ayah Hazel berhenti tepat di tepi jalan tersebut.

Suasana yang begitu dingin dengan angin yang bertiup cukup kencang dan hujan yang mengguyur jalanan tersebut dengan deras.

Tetapi, semua hal itu seakan tidak mengganggu suasana yang saat ini dialami oleh pengendara di dalam mobil tersebut.

Atmosfer yang berat itu membuat Keringatnya bercucuran dari kening dan tengkuknya itu. Pria tersebut hanya menghadap depan dengan pandangan yang tidak dapat dideskripsikan. Kedua tangannya memegang setir mobil walaupun mobil tidak berjalan. Nafas pria itu terdengar berat. Sepertinya beliau gugup.

Sementara itu di belakangnya ada Hazel yang duduk dan melipat tangannya dengan santai di dada serta menatap pemandangan di luar.

Pohon itu bergoyang-goyang mengikuti hembusan angin kencang, pas sekali dengan hujan deras yang membuat hari tersebut semakin suram. Jendela mobil bahkan semakin berembun karena suhu dingin dari luar mobil itu.

Setelah menyadari tidak ada percakapan apapun dari ayah, Hazel menghela nafasnya kasar dan menatap ayahnya masam.

"Apa ayah tidak punya cara lain untuk membawaku dan Liam ke rumah? Apa ayah meremehkan kami?" Ucap Hazel.

Ayah Hazel kemudian fokus menatap pemandangan di depannya. Menghindari kontak mata dengan putrinya. Takut jika pikirannya akan terbaca. Dengan berat beliau berusaha menenangkan diri walaupun di otaknya sudah kacau, dan memiliki keinginan untuk segera menghilangkan ingatan putrinya tersebut.

Setelah beberapa saat, akhirnya pria itu menjawab dengan senyuman kaku di wajahnya, beliau panik. Jari-jari tangannya di setir bergerak mengetuk-ngetuk setir tersebut.

"Hah...benar, sebaiknya aku rantai saja kalian berdua di rumah, dan tidak membiarkan kalian sekolah hari ini." Ucap pria tersebut tidak menghadap ke arah Hazel.

Kening Hazel berkerut, dia tidak terlalu senang dengan jawaban ayahnya.

Sementara laki-laki itu terdiam, dia memainkan kuku jari tangannya dengan gugup. Liam tidak dapat bergabung dengan pembicaraan mereka.

"Lalu, apa yang akan terjadi jika aku tidak menyadari kekuatan ini? Aku mungkin dengan senang hati mengikuti skenario yang sudah ayah buat selama beberapa tahun silam untuk menghilangkan ingatan itu."

Tidak terdapat jawaban dari ayahnya setelah itu, tetapi saat Hazel melihat ke arah tangan ayahnya.

Ayahnya terlihat meremas dengan kuat setirnya membuat urat otot tangannya terlihat.

"Benar...memang benar kata mereka," Gumam ayahnya.

"Aku hanya ingin memastikan beberapa hal ayah sebelum aku pergi, ayah tau bukan? Aku tidak akan dengan bodohnya duduk manis bersama Liam disini sampai ayah menghapus semua ingatanku?" Ucap Hazel lalu menatap ayahnya fokus.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now