Penyesalan dan Tuan berwajah teduh

80 52 23
                                    

Hari baru kembali menyapa, namun dengan suasana yang pastinya berbeda bagi keluarga Hazel

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Hari baru kembali menyapa, namun dengan suasana yang pastinya berbeda bagi keluarga Hazel.

Gadis itu berdiri di depan rumahnya sambil menggendong Liam yang tertidur dengan mata yang tampak sangat sembab.

Hazel memperhatikan beberapa petugas keluar dari rumahnya sambil membawa laporan dan sampel darah, ada juga yang masih berlalu lalang sekedar untuk memeriksa sekitaran lingkungan rumahnya, ataupun membantu membersihkan sisa sisa kejadian yang dialami oleh kedua orang tuanya tadi pagi.

Mata Hazel beralih melihat matahari dan langitnya yang tampak sangat menenangkan. Walaupun pasti tidak bisa mengobati rasa duka yang dia rasakan sepenuhnya. Tetapi cukup membuat hatinya kembali tenang untuk sesaat.

Terlihat ayah Hazel sedang berbincang dengan beberapa petugas yang ada di sekitar mobil ambulans. Raut muka ayah benar-benar tidak bisa diekspresikan. Beberapa menit kemudian ayah Hazel pergi menuju ke arah Hazel dan mulai menggerakkan roda di kursi bantunya. Hazel yang mengetahui hal itu langsung turun dari tangga rumah dan sedikit berlari lalu membantu mendorong kursi roda ayahnya tersebut.

"Hazel." Ucap ayah Hazel
"Iya ayah?" Jawab Hazel sambil mendorong kursi roda.
"Besok kita membeli bunga Kamboja untuk ibu ya."
"Baik ayah.." jawab Hazel sedikit lesu karena tenaganya terkuras habis hanya untuk hari ini.
------------------------------------------------------
Aroma tanah basah khas dari tempat dimana manusia akan kembali ke asalnya.

Terlihat beberapa orang termasuk Reza dan ayahnya menghadiri pemakaman Ibunda Hazel tersebut. Tubuh kaku ibunya telah masuk kedalam liang lahat bersamaan dengan tanah yang perlahan menimbun jasadnya yang kini tak lagi bisa dilihat.

Beberapa memori Hazel dan Ibunya secara acak mulai teringat dalam benak gadis itu.

"Kenapa cepat sekali ibu meninggalkanku?" Pikir Hazel.

Liam yang duduk bersimpuh di sebelahnya juga menahan isakannya sambil terus meneteskan air mata.

Hazel yang ada di sebelahnya hanya bisa menahan diri sambil tetap tersenyum di hadapan semua orang yang datang hari ini. Perlahan Hazel juga menaburkan bunga Kamboja di atas timbunan tanah tersebut lalu dengan lembut mengusap nisan ibunya perlahan sambil berucap,

"Selamat jalan ibu."

Reza berfikir,
"Kuat sekali Hazel bisa menahan kesedihannya itu"

Tetapi tetap saja dia tidak bisa menahan untuk segera memeluk Hazel sekedar untuk menenangkannya. Tangannya mulai mengepal kuat. Tetapi, karena Reza sadar ada banyak orang di sana membuat dirinya menjadi sedikit kikuk dan berfikir untuk menunggu saja sampai semua pelayat kembali pulang.

Matahari mulai naik, sedikit membuat suhu menghangat walaupun kabut masih menyelimuti tempat tersebut. Pemakaman tersebut mulai sepi dan menyisakan satu dua orang dengan keluarga Hazel.

Gadis yang masih berada di samping gundukan tanah basah tempat ibundanya telah diistirahatkan dengan damai kini berhenti menangis dengan mata yang sayu tanpa ekspresi.

Reza yang tau keadaan, langsung cepat-cepat mengulurkan tangannya untuk mengajak Hazel pulang.

Tetapi, tidak ada respon sama sekali dari Hazel.

"Hazel?....." Ucap Reza khawatir.

Tangan Hazel mengepal kuat, isakan mulai terdengar.

"Kalau saja...kalau saja aku ada di rumah kemarin pagi. Padahal....aku sudah khawatir pada beliau saat berangkat sekolah....tapi kenapa? Kenapa pada saat itu? Kenapa disaat aku tidak ada.." Lirih gadis itu menyayat hati sambil mati-matian menahan air mata yang mulai berdesakan ingin segera keluar dari pelupuk matanya.

"Kenapa harus orang tuaku? Apa salah mereka? Kenapa......kenapa.." Ucap gadis itu dengan suara yang makin terdengar jelas

Reza yang mendengar hal itu, sedikit merinding sepertinya yang terburuk belum keluar. Dia akhirnya hanya bisa diam sambil menatap gadis itu lekat-lekat.

Dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Gadis itu perlahan tersenyum dan tertawa. Liam dan ayah Hazel yang melihat hal tersebut semakin prihatin dengannya.

"Hahahaha.." Hazel tertawa dengan pelan menusuk untuk didengar Membuat Reza yang juga duduk bersimpuh di sebelahnya semakin mengkhawatirkan gadis itu.

Liam yang melihat kakaknya seperti itu, sedikit melamun dan memperhatikan kakaknya dengan seksama.

"Ha...aku memang...gadis yang lemah, melindungi keluargaku saja..aku tidak mampu.."Ucapnya setelah berhenti tertawa.

"Aku hanya bisa menangis dan mengadu kepada orang yang lebih kuat dariku
...Mau melindungi keluargaku? Hah, mimpi!" Ucap Hazel kini dengan amarah yang mulai meluap.

"Tetapi setidaknya kumohon...itu keluargaku! Kenapa pembunuh ibu datang disaat yang sangat tepat hah? Aku tidak ada untuk melindungi mereka, saat mereka disiksa, dipukul sampai babak belur oleh pembunuh itu, kenapa harus mereka? Kenapa??"

Angin mulai bertiup dengan kencang, daun daun kering dari Cemara di hutan sekitar pemakaman itu mulai berguguran secara tak wajar.

"Disaat orang tuaku mengalami tragedi itu...bisa bisanya aku tertidur karena pingsan di UKS dengan nyaman? Bisa-bisanya aku datang terlambat untuk membantu orang tuaku di rumah yang sedang gila-gilaan di siksa oleh pembunuh itu? Kenapa...." Teriakan keluhannya berubah semakin lirih sampai pada akhir kalimat.

"Bodoh...kamu memang bodoh Hazel." Pikir Hazel sambil menahan isakan tangisnya.

Tiba-tiba seorang pria menggunakan gaun berwarna hitam dan putih datang. Beliau mendekat ke arah Hazel. Semua yang masih ada disana terpaku dengan sosok tersebut. Sampai mereka tidak sadar bahwa orang tersebut telah duduk berjongkok di depan Hazel lalu menatap Hazel dengan lembut sambil tersenyum manis.

Perlahan pria itu mengusap jejak air mata yang ada di pipi Hazel lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Hazel,

"Kenapa tidak membalaskan dendam ibumu saja kalau begitu?" Ucap pria itu dengan nada lembut membuat Hazel serasa ingin menangis di pelukannya.

Muka pria tersebut teduh dengan garis-garis usia yang ada di muka beliau.

Sedikit mengernyitkan dahi Hazel bertanya,
"Bagaimana caranya tuan?"

Di akhir Pria tersebut hanya menyimpulkan sebuah senyuman di bibirnya.
------------------------------------------------------

When You Lost ItOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz