Season 2 : Kedatangan pelanggar

8 3 0
                                    

23.00

Di bawah sinar rembulan yang begitu cerah kala itu. Menerangi sebuah bangunan yang terletak di pedalaman hutan.

Tidak seperti keadaan sekitar yang penuh dengan rumah-rumah usang dari kayu. Bangunan itu berdiri dengan megah, berfondasi dari batu-batu yang berwarna kehitaman. Ditambah pilar-pilar besar yang ukuran dan jarak antar satu sama lain berpola sama.

Burung gagak yang banyak berkumpul pada ujung-ujung bangunan yang runcing. Sekali-kali berseru dengan lantang, menandai keberadaannya, ditengah kabut malam yang hampir menutupi jarak pandang bangunan megah namun terkesan gelap itu. Walaupun penerangan rembulan telah menyentuh ujung dari pilar-pilar bangunan tersebut, namun sinar tersebut tidak dapat membuka rahasia dari apa yang ada di dalamnya.

Obor-obor diletakkan di beberapa tempat, disertai penjaga bertudung hitam, memakai seragam lengkap. Mata yang begitu tajam melirik ke arah kesana-kemari, memastikan, tidak ada satupun sosok selain yang berkepentingan untuk masuk, menjajah tempat tersebut.

"Sudah dengar?" Sahut seorang penjaga yang berjalan dari arah kejauhan membawa sebuah obor, menghampiri penjaga lainnya yang berdiri dengan tegak di depan pintu.

Penjaga yang diajak bicara itu tidak menghadap ke arah kawannya tersebut. Namun memilih untuk menjawab singkat.
"Diam."

Tidak terkejut dengan reaksi lawan bicara, penjaga itu kemudian dengan teratur meletakkan obor di salah satu tempatnya yang kosong, kemudian mengisi daerah kosong, yang menjadi tempatnya untuk berjaga, hampir berdekatan dengan penjaga lainnya.

"Para petinggi sangat murka ketika mendengarnya." Tukas penjaga yang baru bergabung ke barisan penjagaan itu sambil menggelengkan kepala, tidak melepas pandangan seriusnya ke arah sekitar.

Penjaga yang masih terdiam itu memilih untuk tetap terdiam. Namun mulai merespon ucapan kawannya.

Diikuti dengan helaan nafas, penjaga satunya melanjutkan,
"Kebocoran informasi bisa saja terjadi, bodoh sekali (dia) apakah otaknya masih berfungsi normal?!"

Lalu kawannya yang sedari tadi diam membuka mulutnya, secara cepat.
"Tidak akan ada kedamaian malam ini, sekarang tutup mulutmu atau kau juga akan terkena imbasnya." Lalu kembali menghadap serius ke depan. Begitupun temannya yang diperingatkan, akhirnya mereka berdua kembali fokus menjaga kawasan sekitar bangunan itu tanpa ada obrolan lagi.

Beberapa menit kemudian, salah satu gelang penjaga berdengung. Setiap penjaga pasti mempunyai gelang tersebut, terbuat dari batu, dengan satu titik kristal kecil berwarna hijau.

Gelang itu menjadi alat komunikasi para penjaga bangunan megah itu, karena area yang terlalu luas dan tidak efisien jika harus sering bertemu di titik kumpul untuk melaksanakan sesuatu.

Gelang tersebut berdengung sekitar 5 kali, diikuti dengan sinar yang mati redup berwarna hijau, sebelum akhirnya benar-benar gelap seperti tidak pernah ada sinar hijau yang muncul pada gelang tersebut. Lima kali dengungan yang menandakan adanya informasi dari penjaga area menara.
"Sudah datang!" Seru penjaga yang gelangnya berdengung tadi.

Seketika beberapa penjaga daerah bawah berkumpul, lalu berbaris, menatap tajam ke arah asap hitam yang datang menuju ke arah mereka.

Asap itu ketika menyentuh tanah area bangunan itu seketika berubah menjadi wujud manusia lagi, yaitu Tuan Danang yang terduduk lemah dengan beberapa luka memar di wajahnya.

Karena oksigen yang masuk dengan tidak teratur tiba-tiba, pria itu dengan segera terbatuk beberapa kali sebelum menemukan dia telah dikelilingi oleh penjaga-penjaga bangunan itu, seolah dia adalah tahanan yang telah ditunggu oleh jaksa agung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When You Lost ItWhere stories live. Discover now