Pelatihan Pertama

49 32 36
                                    

Pelatihan pertama adalah dari materi pondok Bahuwirya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pelatihan pertama adalah dari materi pondok Bahuwirya. Mereka yang mempunyai potensi disini dilatih untuk mencoba dan mempraktekkannya.

Sebelum itu, Dimas selaku perwakilan menuntun mereka ke suatu tempat.

Tempat yang mereka tuju adalah pondok peserta didik baru yang terbuka. Ketika mereka sampai disana, seketika semuanya dibuat takjub kembali oleh pemandangan yang ada. Bagaimana tidak? Disini terdapat danau buatan yang begitu jernih dan pohon-pohon hijau disekelilingnya, tempat ini akan sangat cocok untuk orang-orang yang ingin merasakan ketenangan untuk menyegarkan pikirannya.

"Ayo cepat, Zel!" Ajeng tampak sangat bersemangat lalu menarik lengan Hazel menuju tepi pagar kayu pondok untuk melihat danau itu dari dekat.

Setelah mereka berkumpul, Dimas menoleh ke arah belakang lalu tersenyum saat melihat mata-mata takjub dari peserta pelatihan itu. Dia sedikit berdeham kemudian menghadap ke arah pemandangan tersebut.

"Aku tau beberapa diantara kalian pasti tidak memiliki ekspektasi tinggi dengan fasilitas yang ada di area pondok peserta didik baru. Apalagi setelah mengetahui bahwa peserta baru yang masuk lebih banyak dari biasanya."

Beberapa diantara mereka mendengar dan menoleh ke arah kanan dan kiri lalu tersenyum kecut karena yang dikatakan Dimas itu benar.

"Namun, lihatlah mulai dari pondok pelatihan ini."

Pondok cukup besar dengan gantungan angin dari bulu-bulu yang indah. Tidak banyak barang disini, jadi pondok itu terkesan luas. Apalagi dengan pemandangan indah yang disuguhkan. Pondok itu berdiri diatas danau buatan itu. Membuat bayangannya terlukis di air bening itu yang begitu indah dengan warna hijau kebiruan.

Beberapa murid juga terfokus dan melihat banyaknya bunga-bunga yang tumbuh di sela pohon-pohon tepi danau tersebut. Menakjubkan, mereka begitu berwarna.

"Bunga-bunga berwarna yang indah, danau buatan yang bersih, kalian memang berhak untuk mendapatkannya,"ucap lelaki itu tersenyum kemudian menghadap ke arah mereka.

Mata Dimas kemudian terpaku pada seseorang yang mengacungkan tangannya terhadap lelaki itu. Seseorang di belakang Hazel itu berniat bertanya kepada Dimas.

"Mengapa kami berhak mendapatkan ini semua?" Tanya gadis itu.

Raut muka Dimas berubah menjadi sedikit sendu dengan senyuman kecil yang terukir di wajahnya.
"Kenapa? Mungkin karena kepala padepokan ingin mengapresiasi kalian yang telah keluar dari masa kelamnya masing-masing?"

Beberapa siswa mengangguk. Mereka menyadari bahwa ini semua tidak diberikan secara cuma-cuma. Sebagai gantinya dari ini semua, mereka harus bisa berlatih sekeras mungkin untuk menghadapi masa depan dimana padepokan ini akan ada dalam bahaya. Ini adalah tempat bernaung bagi mereka semua sekarang. Mereka harus bisa menjaganya.

Tidak terkecuali dengan Hazel yang kini menatap pemandangan diluar pondok dengan senyuman kecil diwajahnya. Gadis itu menyadari setelah semua yang dia lewati, dia benar-benar harus belajar sekuat tenaganya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Hal-hal yang ingin dia tahu mengenai asal teror itu, penyebab sesungguhnya dari kematian ibu, potensinya yang tumbuh, semuanya pasti memiliki tali yang bisa disambung satu sama lain.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now