Tekad dan Rencana

61 33 36
                                    

Seseorang menepuk pipi Hazel lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang menepuk pipi Hazel lembut.

"Hazel!"

Gadis itu menggeliat lemas di atas kasurnya lalu terdiam. Kemudian pundak Hazel di guncang-guncang. Akhirnya gadis itu terbangun dari tidurnya. Mencoba mengusap matanya dan mengerjapkannya beberapa kali.

"Hazel, Cepatlah bangun! kita harus segera pergi dari sini!"

Suara itu terdengar familiar...

Hazel kemudian membuka lebar matanya. Namun, bukanlah pondok tempat dia bermalam yang dia lihat.

Tunggu mungkin ini benar tempatnya, namun hawa panas itu serasa langsung merasuk ke tulang belulang Hazel. Gadis itu membelalakkan matanya melihat ke berbagai arah di pondok itu.

Api besar itu merambat dari jendela pondok lalu memenuhi satu ruangan pondok itu. Membuat jarak pandang gadis itu terbatas, karena tertutup asap dari api yang membakar tempat tersebut.

Bagaimana.... bagaimana bisa tempat ini dipenuhi oleh api yang berkobar dengan ganas.

Hazel kembali menoleh ke kanan dan kiri, panik. Dimana semua orang?

Sesaat setelah gadis itu kebingungan, tangan itu menarik tubuh Hazel, mencoba membawanya pergi dari sana.

Dengan terpontang-panting Hazel segera berlari walaupun bantalnya itu terjatuh. Ah, sudah tidak ada waktu untuk memikirkannya. Namun, siapa yang kini bersamanya? Ajeng? Apakah itu kamu?

"Ajeng..bagaimana bisa seperti ini?!" Teriak gadis tersebut tidak mengerti sambil terus berlari menghindari reruntuhan kayu yang rapuh karena api yang terus merambat.

Sejak kapan kebakaran ini terjadi? Kenapa dia tidak merasakan apapun dan malah tertidur pulas ditengah bencana yang kini melanda tempat mereka.

Ajeng tetap menarik pergelangan tangan Hazel erat, mencari celah untuk keluar dalam kubangan api itu. Mereka sungguh harus berhati-hati atau api tersebut bisa menelan mereka hidup-hidup.

Ajeng menggelengkan kepalanya,
"Aku tidak tau, aku juga baru terbangun dan keadaannya sudah sekacau ini." Teriaknya dengan nada yang bergetar.

Hazel mencoba melihat raut muka gadis itu dan merasa bersalah seketika saat melihat gadis yang menuntunnya kini banyak meneteskan air mata.

Jalanan begitu berliku untuk pada akhirnya sampai pada halaman pondok, namun gadis itu bingung, dia tidak melihat yang lain apa mereka sudah berhasil kabur sebelum kebakaran ini terjadi?

"Ajeng? Bagaimana dengan yang lain?!"

"Aku tidak tau, mereka terpisah dengan kita Hazel!"

Gadis itu tersentak, bagaimana dengan Liam? Reza? Dan seluruh teman-teman mereka yang lain?

Hazel mencoba melepas pergelangan tangan Ajeng.

"Hazel, kita harus keluar! Apa yang kamu lakukan! Kamu mau kemana?"

When You Lost ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang