Teman

133 79 19
                                    

Ayah, Hazel, dan Liam telah sampai dirumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayah, Hazel, dan Liam telah sampai dirumah. Lalu, mereka melihat dua pasang sepatu asing yang tersusun rapi di depan rumah mereka, kemungkinan rumah mereka kedatangan tamu.

"Ella, kami pulang," Ucap Ayah sambil meletakkan peralatan memotongnya tadi.

"Ah, iya masuklah sayang." Balas Mama sayup-sayup.

Setelah Hazel lihat ternyata seorang laki-laki paruh baya memakai topi memancing dan rompi sedang duduk di kursi meja makan. Dia terlihat sedang menyeruput kopi yang sudah disajikan oleh mama.

Lalu, disebelah lelaki paruh baya tersebut terdapat laki-laki remaja yang kemungkinan berumur sama seperti Hazel dengan rambut yang hitam pendek dan kulitnya yang sawo matang memakai kemeja flanel kotak-kotak.

"Orang ini sepertinya tidak asing buatku." Pikir Hazel.

Karena penasaran, Hazel perlahan mendekati laki-laki itu untuk mengetahui siapa dia sebenarnya.

Langkah demi langkah, sedikit lagi tetapi.. betapa terkejutnya Hazel saat tahu sepertinya laki-laki itu menyadari kehadiran Hazel dan dengan cepat lelaki itu memutar badannya.

"Hei Hazel!" Sapa Laki-laki itu manis.

Hazel yang tertangkap basah langsung bersikap jaim dan merubah posisinya berdiri seperti biasa serta mengangkat tangannya yang niatnya menyapa dengan kikuk.

"Oh hai-" Sapa Hazel terhenti saat melihat wajah laki-laki itu. Tunggu....bukankah dia?

"Reza??" Mata Hazel berbinar. Laki-laki itu hanya bisa terkekeh pelan melihat tingkah Hazel.

Hazel langsung memeluk laki-laki yang diketahui namanya adalah Reza dengan erat.

"Aku sudah bilang Ella, Hazel pasti ingat dengan wajah Reza walaupun sudah tidak bertemu selama 5 tahun, Teman sejati nih." Ucap lelaki paruh baya itu sambil menepuk-nepuk pundak Reza, yang ditepuk pundaknya hanya bisa meringis kesakitan.

Mama Hazel yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum hangat.

Sementara itu, Hazel terlihat sangat bahagia bertemu dengan teman masa kecilnya itu. Dia menanyakan segala macam kabar dari lelaki tersebut. Mulai dari sekolah dimana, apakah hobinya masih sama, dimana sekarang dia tinggal, bagaimana suasana kota yang dia tinggali selama 5 tahun lalu itu, lalu bagaimana dia bisa pindah ke daerah ini.
-----------------------------------------------------------------

Di depan rumah Hazel terdapat bangku dan dua kursi kayu. Hazel dan Reza duduk bersama menikmati udara yang terasa sedikit dingin dan sinar matahari yang seakan mencoba menghangatkan tubuh mereka. Di sela-sela kedamaian itu Hazel memulai kembali pembicaraan.

"Gimana keadaannya tante ?" Tanya Hazel sedikit prihatin.

"Yah..Ibu udah sering terapi kok, walaupun terkadang penyakitnya kambuh tapi, aku bersyukur ayah selalu cekatan dalam hal itu." Jawab Reza sambil menghembuskan nafas sedikit lebih berat dari biasanya.

"Ah, bagaimana dengan mimpi yang pernah kamu ceritakan padaku lewat SMS hari itu?" Tanya Reza.

"Hah....Masih sama saja, mimpi itu terus terulang. Bahkan aku bisa mengingat seluruh detail kejadiannya. Kamu tau? Otakku benar-benar seperti punya memori khusus untuk mimpi ini."Jawab Hazel dengan mata yang menghadap ke depan dengan senyuman mirisnya.

Tanpa disadari Reza mengelus rambut Hazel dan berusaha menenangkannya. Hazel yang merasakan hal itu langsung merasakan matanya menjadi hangat dan lama kelamaan satu bulir air matanya jatuh ke pipi tembam milik Hazel.

Reza yang melihat hal itu, langsung berdiri dan menarik tubuh Hazel untuk memeluknya dengan erat. Reza mengajak Hazel untuk mencari angin segar dengan berkunjung ke tempat rahasia mereka.

Tempat rahasia mereka lumayan jauh dari rumah Hazel. Karena dahulu Reza dan Hazel bertetangga mereka jadi sering bermain dan menjelajahi hutan tersebut. Apalagi diketahui bahwa di hutan tersebut dahulu hanya terdapat 2 keluarga yang mempunyai anak seumuran seperti Hazel dan Reza. Hal ini tentunya semakin mempererat tali persahabatan mereka.

"Kamu masih inget ngga? Dulu kamu nangis karena aku bilang ke kamu kalau aku mau pindah rumah."Ucap Reza santai sambil memandang air terjun yang berada di sekitar tempat rahasia mereka.

Tempat rahasia ini berbentuk seperti rumah pohon, mereka biasa menghabiskan waktu untuk bermain disini sewaktu kecil dahulu.

"Inget dong, aku beneran nangis sampai malamnya gabisa tidur. Terus paginya mama kaget lihat mataku bengkak banget." Balas Hazel malu.

"Yee...Hazel sekarang masih cengeng ga nih?" Tanya Reza usil.

"Ih ngga lah, sekarang mah udah ga nangis." Jawab Hazel dengan mukanya yang sedikit kesal.

"Beneran??" Goda Reza lagi.

"Reza..." Jawab Hazel sambil reflek memukul pundak Reza pelan.

"Ampun nyai." Balas Reza dramatis sambil duduk ala-ala prajurit yang hormat kepada ratunya.

Merekapun tertawa sambil mengingat kejadian-kejadian lucu waktu kecil dan kembali ke rumah saat menjelang sore.

-----------------------------------------------------------------

When You Lost ItWhere stories live. Discover now