Tak lagi bersama

93 62 19
                                    

"Ibu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ibu?"

Seorang remaja yang merasa dirinya terpanggil Menatap kebelakang dengan parasnya yang terlihat cantik rupawan menggenggam setangkai bunga mawar putih ditangannya.

Gadis itu kemudian menatap keadaan sekitar. Semuanya tampak bersalju. Awan putih menutupi seluruh permukaan sehingga langit tidak diizinkan untuk menampakkan warna biru cerahnya.

"Mengapa ibu ada disini?"

Itu? Ibu kan? Benar-benar penampilan yang berbeda. Wajah Ibu seperti kembali 10 tahun lebih muda. Ibunya memakai baju panjang se kaki berwarna putih polos dengan rambut terurai Sementara Hazel juga memakai baju yang sama namun dengan rambut yang di kepang satu kebelakang.

Melihat hal itu, Hazel segera menghampiri ibunya dan menggenggam tangan ibunya.

"Hazel? Bisakah kamu mengantarkan ibu ke tempat duduk disana?"

Hazel melihat kesamping dan menemukan sebuah bangku kursi tua panjang yang terbuat dari kayu.
Dengan sabar Hazel mengantarkan ibunya untuk duduk di kursi itu.

Setelah duduk Ibu Hazel menatap langit yang dipenuhi awan putih itu dengan tatapan kosong.
Hazel yang melihatnya mendadak merasa khawatir karena muka ibu yang tidak ada ekspresi.

"Ibu?...apa ibu sakit?"
Ibu Hazel dengan tatapannya yang masih memandang langit mendung itu, perlahan meneteskan air mata sambil tersenyum kecil.

"Maaf....Ibu tidak bisa bersamamu hingga akhir"
Hazel yang sedikit merasa khawatir langsung dengan cepat bertanya kembali.

"Ada apa dengan ibu? Apa maksud ibu tidak bisa bersama hingga akhir?" Tanya Hazel lembut.

"Selanjutnya kamu harus berjuang untuk keluarga kita, ayah sudah tidak bisa berjalan seperti biasanya. Hanya kamu sebagai anak pertama yang bisa melindungi adikmu dan ayahmu yang sakit."

"Tentu saja Bu, Hazel akan sangat berusaha untuk memenuhi tanggung jawab ini. Tetapi, mengapa ibu berkata seperti ini?"

Ibu Hazel yang sedari tadi menatap langit kini menoleh ke arah putrinya dan tersenyum manis. Raut muka beliau seperti melukiskan kesedihan dan rasa percaya yang amat sangat.

Kini satu bulir air mata turun dari pipi Hazel.

"Ibu...sudah tidak bisa berada di sisimu lagi." Ucap Ibu Hazel sambil perlahan memeluk Putrinya yang kebingungan dengan bekas air mata di pipinya.

Angin dingin yang ada di sekitar sana rupanya tidak bisa membuat Ibu dan Hazel merasa menggigil. Butiran salju semakin membuat melodi kesedihan dalam setiap ucapan Ibu menjadi semakin menyayat hati.

Hazel berusaha mencerna setiap kata yang telah Ibunya ucapkan. Apa maksud dari tidak bisa bersama? Apa ibu telah pergi? Kemana ibu pergi? Kenapa bisa begini?

Di tengah pikiran Hazel yang kalut. Satu ucapan terakhir dari Ibunya akhirnya mampu membuat Hazel semakin merasa tersayat hatinya.

"Semoga kekuatanmu bisa membantumu, Maaf dan terimakasih Hazel." Ucap Ibu Hazel sambil mempererat pelukannya.

Kabut putih tiba-tiba datang dan membuat pandangan Hazel mengabur.
------------------------------------------------------
Sesaat setelahnya, Hazel membuka mata secara perlahan melihat Reni disebelahnya menatapnya dengan sendu. Benar, sekarang dia berada di ruang UKS karena pingsan akibat sakit di dadanya.

"Hazel..kumohon kuatkanlah hatimu." Ucap Reni sambil berkali-kali mengusap air matanya.

"Ke..napa?" Jawab Hazel lemas

Reni mendapat telepon dari polisi yang datang ke Rumah Hazel dan menceritakan semuanya.

Hazel yang sudah di beri mimpi dan pertanda seperti itu semakin lemas dan meminta izin pada gurunya untuk segera pulang kerumah.

Hazel langsung memacu sepeda gayungnya dengan cepat menuju sekolah Liam. Tak disangka, Liam juga sudah menunggu di depan sekolah dengan air matanya yang mengalir disekitar pipinya.

Hazel yang melihat Liam seperti itu, dengan cepat berlari dan memeluk adiknya. Adiknya menangis dan Hazel berusaha menenangkannya dengan air mata yang juga menetes dari pelupuk matanya.

Hazel dan Liam dengan cepat pulang menuju rumah mereka yang telah dipadati oleh polisi.

Hati keduanya sesak dan berusaha berlari diantara gerombolan polisi yang ada disana. Hazel mencoba melihat sekitar dan menemukan beberapa petugas membawa troli dengan tubuh tergeletak yang ditutupi selimut diatasnya. Hazel mencoba menghentikan,

"Saya keluarganya, saya mohon izinkan saya dan adik untuk melihat."

Petugas menghentikan dan membiarkan Hazel dan Liam ada disana.

Hazel mencoba membuka selimut itu perlahan.

Dheg....

Tiba-tiba kakinya seperti mati rasa, Liam yang berada di sampingnya ikut menangis histeris melihat yang ada sekarang jasad ibunya yang sudah kaku dengan luka tusuk di dadanya.

"I...bu...." Lirih Hazel tak percaya sambil memeluk Liam yang sudah menangis tak karuan di pelukan kakaknya.

Tiba-tiba dari kejauhan ayah Hazel datang dengan kursi roda menghampiri anak-anaknya.
Ayah Hazel langsung memeluk mereka berdua yang menghampiri ayahnya di kursi roda dan meneteskan air matanya.
Semua menangis tersedu-sedu. Sungguh nasib yang malang, apakah hanya kehilangan yang harus dirasakan keluarga kecil ini?

Dengan ini aku tau bahwa ibu dengan keluarga ini tak bisa lagi bersama.

Ibu Hazel menatap keluarga yang ditinggalkannya dengan sendu sebelum kemudian melanjutkan perjalanannya kembali di padang salju itu dan hilang ditelan kabut.
------------------------------------------------------
"Kamu, tolong periksa daerah di sekitar TKP kita akan melakukan pengecekan berkala disini." Perintah salah satu polisi disana.

Beberapa petugas datang ke polisi tersebut dan membawa laporan.

"Pisau yang menurut saksi dipegang oleh korban hanya menampakkan sidik jari korban saja, tidak ditemukan sidik jari lain pak. Selain itu jari kelingking korban terpotong, dan ditemukan bau anyir darah disekitar rumah ini pak.

"Apakah korban melakukan bunuh diri? Namun, suami korban bilang bahwa beberapa orang melakukannya pembunuhan terhadap istrinya dengan keji. Emmm.. kalau begitu coba cari bukti disekitar dapur dan periksa darah korban." Perintah polisi tersebut.

"Baik pak!" Sahut beberapa petugas kompak.

Polisi tersebut langsung membawa senter dan pergi menuju kamar korban untuk mencari data lain. Perlahan polisi itu membuka pintu kamar ayah Hazel dan mengobservasi tempat tersebut. Namun, belum lama, tiba-tiba polisi tersebut merasakan tetesan darah dari atas. Ketika menoleh ke atas. Polisi tersebut sedikit terkejut dengan tanda sebuah sekte yang berbentuk bintang dengan lingkaran di luarnya dilukis dari...darah? Atau apa itu?

"Ya Tuhan..." Lirih Polisi tersebut tercengang
------------------------------------------------------
Yuhuu....jangan lupa vote dan comment untuk menambah semangat author yaa! ❤️❤️
-Delzy1



When You Lost ItWhere stories live. Discover now