Memperluas relasi

40 28 54
                                    

Setelah kedatangan Tuan Wirya, murid-murid yang tadi telah berpencar menuju sudut-sudut dari ruang bawah tanah itu kembali berkumpul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kedatangan Tuan Wirya, murid-murid yang tadi telah berpencar menuju sudut-sudut dari ruang bawah tanah itu kembali berkumpul.

Dimas maju selangkah lalu dengan sopan menunduk kepada Tuan Wirya,
"Apakah anda baik-baik saja, Guru?"

Dimas kemudian terdiam lalu mengepalkan tangannya. Dia menutup mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi terhenti.

Beberapa siswa memandang Dimas dengan muka cemas, baik lelaki itu maupun siswa lain kini pasti merasa bersalah.

"Maafkan saya, Guru."

Tuan Wirya mengangkat satu alisnya lalu menggelengkan kepalanya melihat murid satunya ini. Beliau maju dan menepuk pundak lelaki itu.

"Ini bukanlah hal yang bisa diselesaikan dengan mudah, walaupun itu murid terbaik sepertimu, Dimas."

Dimas menegakkan pandangannya menghadap ke arah gurunya itu.

"Maafkan saya belum bisa membantu anda dengan potensi yang saya punya."

Beliau menggelengkan kepalanya,
"Kalau begitu bagaimana jika kalian semua menebus ini semua dengan berusaha keras untuk rencana berkunjung ke perkampungan itu besok?"

Mereka semua kembali menegakkan badannya. Tidak ada waktu untuk bersedih, atau musuhmu akan kembali melahap kekurangannmu itu.

"Baik! Terimakasih Guru!" Ucap Dimas lantang diikuti oleh seluruh anggota tersebut dengan menundukkan badan mereka di hadapan guru-guru disana.

"Kalau begitu, silahkan berisitirahat dan bersiap untuk makan malam, pembagian kelompok untuk strategi akan diberitahukan besok sebelum kita pergi," ucap ibu Ningrum membubarkan barisan-barisan itu.

Setelah itu para murid mulai mencari kamar-kamar mereka. Tidak ada lagi perbedaan pondok sekarang, semua mulai dari yang resmi hingga peserta didik baru saling berbagi kasur tingkat bersama.

Perabotan dan fasilitas yang terdapat di sini tidak dapat dibandingkan dengan pondok-pondok mereka di permukaan. Namun, untuk keselamatan, mereka harus patuh atau mereka hanya akan menjadi beban bagi satu sama lain.

Tidak terasa waktu hari telah larut kini jadwal mereka makan malam sebelum akhirnya tidur.

"Hazel, ayo makan malam dulu?" Ucap Ajeng yang merupakan teman sekamar Hazel lagi.

Hazel dari tadi tidur di kasurnya dengan keadaan terlentang lalu menatap langit-langit kasur itu. Dia tidak beranjak sama sekali dari sana. Namun, tatapannya sudah seperti berkeliling ke sudut-sudut dunia.

Gadis itu menengok ke arah Ajeng yang berdiri di samping kasurnya. Lalu kembali menghadap ke langit kasurnya,
"Aku sedang tidak selera makan, Ajeng."

Ajeng mendengus, dia tau Hazel sedang kehilangan. Namun, kesehatannya juga penting. Tidak ada waktu untuk ini, sepertinya dia harus pakai cara lain.

Dengan cepat tangan Ajeng lincah menggelitik perut Hazel dan sekitarnya, membuat Hazel tertawa hingga terbatuk karena terkejut.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now