Dua golongan

32 26 30
                                    

Tik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tik...tik...

Tiada lagi yang bisa menandingi kesunyian ruangan itu. Lampu minyak yang sudah padam, menyisakan kegelapan. Kamar-kamar itu telah terisi penuh oleh murid-murid yang tertidur pulas, setelah menjalani hari yang berbeda dari hari biasanya.

Bangunan yang berada di bawah tanah itu begitu kokoh, suhunya cukup dingin, sehingga membuat penghuninya tidak ragu memakai selimut tebal saat tidur.

Mereka menyiapkan energi untuk hari esok. Hari yang begitu penting, hal itu bisa menjadi pengalaman mereka untuk menjadi lebih kuat. Pastinya mereka telah berlatih mati-matian untuk ini. Tidak ada lagi kata takut, mereka harus mampu, mereka harus kuat.

Tetapi, di tengah kesunyian itu, seorang gadis yang tengah tidur dengan posisi terlentang malah merasakan ketidaknyamanan. Hal ini terlihat dari kelopak matanya yang seperti ingin segera dibuka. Dada yang naik turun, kening yang berkerut.

Air mata keluar dari pelupuk mata gadis itu, membuat raut mukanya tampak menyedihkan dalam tidur. Setelah itu dengan cepat gadis itu merasa kesadarannya seolah kembali dengan cepat.

"Hah!!!" Gadis itu terbangun dan duduk dengan mata yang membulat terkejut.

Nafas gadis itu memburu, dia menoleh ke arah kanan dan kiri dengan waspada. Dia khawatir membangunkan teman sekamarnya yang lain.

Dia mengusap matanya dengan kedua tangan, lalu menutupnya dan terdiam sementara. Membuang nafas dan menariknya, hal itu dia lakukan selama beberapa menit, sampai kerja jantungnya kembali normal. Tangannya pun kini masih bergetar. Lalu dia merasakan haus yang amat sangat dari tenggorokannya akibat hal yang dia alami dalam tidur itu.

Mata gadis itu sayu, tidak mendapat tidur yang cukup,
"Aku ingin minum..." Lirihnya.

Dengan lemah gadis itu menyibak selimutnya. Beranjak dari kasur,
memakai sandal kayunya, lalu keluar menutup pintu kayu itu secara perlahan.

Saat di luar ruangan, semuanya tidak jauh berbeda, suhu masih dingin, penerangan remang-remang dari lampu minyak itu menuntun Hazel untuk berjalan terus menuju dapur.

Hembusan angin itu terkadang membuat tubuhnya menggigil, sehingga Hazel mengeratkan pelukan terhadap dirinya sendiri sambil menggosok bagian lengan atasnya agar merasa hangat.

Ruangan terkunci semua, mungkin hanya dia seorang yang keluar?

Hazel menyusuri koridor dari ruangan yang ada di tempat itu, bisa dipastikan, tidak ada jendela yang terpasang, karena mereka ada di ruang bawah tanah. Namun, mengapa suhunya bisa dingin seperti ini? Apakah ini dari temperatur suhu tanah yang didukung oleh suhu dingin malam itu? Mungkin saja.

Dapur itu terlihat, Hazel mempercepat langkahnya lalu melihat sekitar dan menemukan tempat rak gelas. Gadis itu mengambil salah satunya dan mengisinya di kran air minum.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now