Season 2 : Sebuah Foto

22 20 28
                                    

Pagi kembali datang, suasana perkampungan yang begitu asri, juga sibuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi kembali datang, suasana perkampungan yang begitu asri, juga sibuk. Aktivitas para warga telah terlihat bahkan pada saat dimana fajar belum menyambut dari ufuk timur.

Tidak seperti rutinitas ketika di padepokan yang biasanya akan bersiap lalu berlatih di arena. Karena Pak Yanto selaku pemimpin kampung telah menyetujui penjagaan terhadap kampungnya atau bekerja sama dengan padepokan Bahuwirya, para guru dan murid bertekad untuk tidak merepotkan mereka lebih jauh lagi. Alhasil kegiatan pagi disesuaikan dengan aktivitas warga di kampung tersebut, belanja ke pasar, membantu tuan rumah memasak, mencuci baju, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar para warga kampung Purwoseso dan Padepokan Bahuwirya dapat membaur satu sama lain.

Hazel telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang biasa, sementara seragam padepokan dia masukkan kedalam ember untuk dicuci sore nanti bersama Dina di sumur kampung.

Gadis itu berjalan menuju dapur, lalu menemukan Bu Darni yang sedang mencuci sawi hijau. Beliau kadang juga berjalan ke arah kompor untuk memeriksa rebusan airnya, kemudian menutupnya lagi dan kembali mencuci sawi tersebut di wastafel.

"Saya bantu Bu Darni," ucap Hazel kemudian menghampiri wanita tersebut.

"Emm, kalau begitu potong terong hijau yang ada di meja, lalu masukkan ke panci rebusan itu ya, Mbak Hazel," jawab beliau menoleh ke arah meja yang terdapat sepiring sedang terong yang segar.

Hazel menuju ke arah meja itu kemudian duduk dan mempersiapkan talenan serta pisau,
"Satu buah, dipotong jadi berapa Bu?"

"Bagi dulu jadi dua vertikal, terus potong jadi empat per bagiannya," ucap beliau tersenyum ke arah Hazel kemudian meniriskan sawi yang telah beliau cuci.

Hazel mengangguk, mempraktekkan instruksi yang diberikan, memotong sayur adalah hal yang mudah bagi gadis itu, dia jadi teringat hati dimana ketika ibunya masih ada,

"Ibu, Hazel bantu yah??"

"Sudah mau selesai kok, lagipula Hazel baru pulang sekolah pasti capek kan?"

Hazel kecil mendengus kesal,
"Ahh ibuu..lalu kapan Hazel bisa membantu ibu di dapur?"

Ibu Hazel menghentikan aktivitasnya sambil mengeringkan tangannya dengan lap dapur,
"Gimana kalau besok? Besok kan Hazel libur?"

Dengan semangat Hazel menggangguk lalu berlari dengan senang menuju kamarnya.

Besoknya..

Crangg!!

"Ah, Ibu tangan Hazel berdarah..."

Ibu Hazel langsung membelalakkan mata, dan merebut pisau plastik yang runcing itu, menjauhkannya dari jangkauan putrinya.

"Bagaimana bisa zel, berikan tanganmu cepat, akan ibu obati ya?" ucap ibu Hazel namun dengan nada yang bergetar lalu menutupnya dengan plester luka.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now