Mereka selalu menanyakan hal yang sama.
Kenapa kamu masih juga terjaga?
Dan aku membisu. Lantas mereka lahirkan spekulasi.“Kamu pasti terjaga semalaman karena belajar,” katanya.
“Tidak, kamu pasti menonton drama sampai pagi,” ia menambahkan.
“Atau mungkin, kamu membaca novel sampai lupa waktu lagi, ya?” ia masih berusaha menebak.Dan aku masih juga membisu.
Ikut menanyakan hal yang sama.
Kenapa aku masih juga terjaga?
Apakah aku belajar?
Apakah aku menonton drama sampai pagi?
Atau lagi-lagi mengorbankan tidur demi membaca novel?
Aku menggeleng pelan. Tidak, aku sudah tidak pernah lagi melakukannya.
Lantas apa yang sebenarnya membuatku terjaga semalaman?Pun setelahnya ku bawa diriku mengingat malam-malam yang terlewat tanpa lelap
Malam-malam yang ku habiskan tanpa berbuat apa-apa, selain diam membisu dengan
Air mata yang menganak, entah menangisi apa, entah mengkhawatirkan apa, tidak tahu
Benang-benang kusut di dalam kepala, berkecamuk, menghasut, melahirkan terror-teror
Sedang aku bersusah payah meredam tangis, isak-isak jangan sampai lolos di dengar siapa-siapa
Setiap malam, entah menangisi apa, entah takut pada apa, masa depan kah? Monster di kepala kah?
Aku tidak tahu.Kenapa kamu masih juga terjaga?
Sebab aku habisi malam dengan menangis, mengkhawatirkan banyak hal.
Jika aku jawab seperti itu,
Maka mereka akan melontarkan lebih banyak tanya, bukan?Olehnya,
Ku bungkam tanyanya dengan berdalih
Seraya tersenyum aku menjawab tanpa ragu
“Aku hanya terlalu banyak meminum kopi.”Ya. Jauh lebih mudah bagiku dengan menjawab begitu.
Ia tidak perlu tahu, jika bukan kopi yang membuatku terjaga
Tetapi monster-monster yang menghasutku untuk mati, mati, dan mati
Atau ketidakmampuanku melihat diri sendiri tetap ada di semesta ini
Serta masa depan yang masih juga abu-abuDan aku,
aku takut jika suatu saat nanti,
aku benar-benar terbuai dengan ucapannya,Pun sama seperti malam-malam sebelumnya
Aku lagi-lagi terjaga tanpa lelap, tanpa kantuk,
Berusaha meredam suara-suara layaknya mantra itu.(kenapa kamu masih juga terjaga?)
ESTÀS LLEGINT
dikekang nestapa
Poesiapada puisi-puisi nona sembunyikan tatkala tengah dikekang nestapa, sepatutnya tak kau bakar dan raibkan sebab puisi-puisinya adalah saksi akan derita yang pernah mampir memporak-porandakkan sang nona begitu hebatnya. (sehimpun puisi. versi baru.)