nirwana

216 20 3
                                    


Kepada ia yang tak terpejam,
Mengarik malam yang kesepian,
Netranya menyising sunyi yang menari-nari
Sedang rungunya mendengar sang candra,
Yang tergugu, hingga mulai tersedu.
Namun, raganya kian konstan,
Tak berujar maupun membujuk,
Dan derap membuatnya tersara-bara,
Menyusuri temaram yang murka,
Serta menggali-gali kenangan usang,
Pelik, tatkala bising menghantui otaknya,
Meracau akan lara-lara masa lampau,
Membisik-bisik kata yang terlupa,
Sedang raganya terhempas peluk imajinatif,
Atmanya kian tersisak, berteriak pilu.
Candra yang tersedu, kini berbalik tertawa,
Menertawakan dirinya yang kian merapuh.
Naas, kenangan tlah menjebaknya,
Menghantarkannya ke labirin memori,
Memaksanya mengenang lara,
Ia kian terjebak, hingga tak lagi mampu beranjak.
Sadarnya, nirwana adalah sebuah kemustahilan,
Sedang kenangan merasuk abad pikirnya,
Menghantarnya menuju lokatraya,
Hanya ia, kenangan, dan lara yang berpesta ria.

Tak ada jalan keluar,
Kerana nirwana tak ubahnya ketiadaan,
Semu hingga terlampau sukar tuk mengarik.

(nirwana)

(ditulis 29 november 2018.)

Nemu ini di notes lagi wkwkwk. Have a great day everyone!!

dikekang nestapaWhere stories live. Discover now