basi

329 35 6
                                    


wanita itu bilang
jikalau aku berhalusinasi,
monster-monster itu ilusi,
lantas berbalik bertanya;
mengapa takut pada suatu yang tiada?

aku tidak tahu.
dia ada, tapi kau anggap takhayul.
kau sebut aku gemar membual.
jadi, aku enggan bersuara. biarlah.

pria itu menyebutku
perempuan sinting yang
gemar berteriak-teriak,
katanya aku hanya mencari atensi,
lalu kembali mencecarku;
mengapa harus ke psikiater, dasar tidak waras!

aku harus. sebab aku butuh pulih.
terserah mencecarku bagaimana.
tiada sesiapa peduli lagi mengerti.
tahu menggunjing saja, aku sampai tak tau,
kau ini hewan atau manusia.

suara itu berjebah di berbagai arah,
sampai aku tak kenal lagi mana nyata mana maya,
semua campur aduk, buatku pusing sebab bising
yang bergemuruh di kepalaku tak sudah-sudah,
penat jua nelangsa di tikam lara yang sakau
tiada tangan yang mau menolongku dari sakit
tiada peluk yang obati peliknya problematikku
tiada telinga yang mau menjadi rumah bagi
keluh kesah yang tersara-bara tak tahu arah,
tiada ku jumpa siapa-siapa dan apa-apa,
hanya hampa yang meraung binasakan aku.

lantas seseorang bertanya;
mengapa tak cerita pada ibu bapakmu?

mau ku beritahu suatu rahasia?
wanita dan pria itu mereka,
lantas bagaimana caranya lagi?
pilar yang ku harap membuatku tetap kokoh
malah berbalik membuatku semakin runtuh,
hancur lebur, cerai berai.

ironi oh ironi,
suara-suara itu akan abadi menghantuiku,
sedang pulih adalah andai-andai yang sia-sia,
pupus sudah harapan akan binasanya monster itu,
sedang mereka akan selalu menggunjing-gunjing,
hingga akan tiba masanya aku betul-betul di binasakan,
hari itu, penyesalan yang basi akan bertandang,
namun, tak lagi berarti apa-apa, tak lagi aku butuh,

halah-halah-halah,
mengapa harus mati dulu,
baru mereka tak lagi apatis?

basi
basi
basi

(basi)

dikekang nestapaWhere stories live. Discover now