lapang enggan ku sila tandang

218 23 9
                                    


nona, malam ini bulan
bersembunyi malu-malu
desir-desir angin gagal
membawa renjana padamu
yang kini berada di entah,

nona, kau bilang kau gemar
menulis surat-surat teruntuk
mereka-mereka tersayang
namun, sejauh jemariku
masih mengenal angka
surat-suratmu tak lagi
bertamu di kotak posku,

mengapa demikian?
kamu berhenti menulis?
atau suratmu enggan lagi
kau biarkan bertamu padaku?
berkabarlah nona, tolong
ini sudah lebih lima warsa,

nona, hujan kali ini tengah
berbelas kasih padaku seorang
ia biarkan aku menangis sendirian
ia tak menunjukkan pada siapa-siapa
kalau aku tengah tersedu sedan,

nona, dinding kamarku masih saja
menyimpan sisa kenangan yang
hampir binasa digerus oleh waktu
tiap-tiap sudut kamar beri saksi
tentang bekas-bekas peninggalanmu
tiap jengkal yang ada padaku kini
adalah bukti konkrit jikalau kamu
pernah menjadi bagian dari hidupku,

namun, kau kini raib tak berbelas
aku kau biarkan terlunta-lunta
tersara-bara pada kenyataan
jikalau kini kau telah menjelma
yang lampau,

kini bagaimana?
telah lewat lima warsa
namun masih disesaki
kamu, kamu dan kamu.

kini bagaimana?
lapang belum bertamu
atau setidaknya enggan
kupersilahkan tuk tandang,

kini bagaimana?
tungkai kakiku
enggan menapaki
jalan dan menyaksikan
hari-hari tanpa adanya
kamu didalamnya, nona,

hari itu,
mereka bertandang
bersimpati dan bilang
untuk tabah dan ikhlas
namun mereka tak tahu
betapa matinya atmaku
tatkala mereka bilang,

. . .turut berduka cita.

(lapang enggan ku sila tandang)

dikekang nestapaWhere stories live. Discover now