asmara, kata siapa?

477 41 7
                                    


mula-mula tanpa membiarkan terka-terka
kita bangun relasi atas dasar cinta,
namun jikalau di ulik lebih jauh; itu berbeda
kita menjelma benalu yang haus popularitas & harta.

entah atas dasar apa, kita betah bermandikan
asmara yang penuh racun,
bersandiwara, bibir berucap selalu; aku mencintaimu laiknya radio yang rusak
laman sosial kerap di isi afeksi fana yang di umbar-umbar
padahal kita pun paham asmara penuh racun ini tak pernah undang debar-debar
kau tahu tuan, hubungan kita fana, tak perlu harap apa-apa sebab kita sama brengseknya.

namun lagi-lagi, kita adalah benalu
kita belum pernah capai sepakat
untuk lahirkan mufakat;
selama harta belum habis terkuras,
selama popularitas belum kita genggam,
mari lanjutkan relasi fana ini
urusan lara dan karma yang pasti akan datang,
biarlah kita tinggalkan di garis terbelakang.

pun tatkala lara & karma datang memantik problematik,
kita menjadi luar biasa egois seraya hardik-menghardik,
siapa salah, tunjuk menunjuk sampai problematik membuat kita koyak,
ku beritahu kita tak pernah capai mufakat, maka tatkala semua kian pelik,
kita hanya mampu terlunta-lunta di lahap masa paceklik,

asmara, kata siapa?
afeksi kita fana
sedang sebagai
benalu kita abadi.

jangan tertipu, jangan terlena
pada afeksi yang kita umbar-umbar,
kita tidaklah sedang di mabuk asmara,
atas dasar hal fana duniawi suguhkan
kita menjelma masokis yang gemar bersandiwara,
lalu tatkala lara & karma kembali bertandang
kita tak diberi ampunan, oh betapa kita begitu badung!

(asmara, kata siapa?)


dikekang nestapaWhere stories live. Discover now