i.
lambat laun,
isi kepalanya kian
menjelma raung yang bisu
hanya rungu miliknya yang dapat
menangkap ucap-ucap bengis mereka.ii.
lambat laun,
eksistensinya kian menjelma
laiknya takhayul-takhayul
sebagian percaya dia ada pun
sebagian menolak untuk percaya
dia tak mati pun juga hidup, ia
berada diantaranya.iii.
lagu-lagu sarat patah hati
tak lagi mampu buat ia lepas
dari hampa yang memasungnya
air matanya ia teguk bersama
sesak yang tak berkesudahan
jemarinya di serang tremor
sedang harap-harapnya kian
menjelma benang-benang kusut,
sukar ia urai, sedang ia tlah hilang
warasnya.iv.
mau sampai kapan
di pasung samsara?mau sampai kapan
ditunggangi sakau
tak reda-reda?mau sampai kapan?
v.
isi kepala kadang kala
terlalu liar, pikir mati mati
tiap detiknya, membabat habis
waras yang hampir menjelma tiadavi.
andai sihir benar ada,
abrakadabra raib semua
sakit yang menggerogoti atmanamun kita pun tahu,
kadang semesta tak selalu
berbelas kasih pada semuanyavii.
tahan ya,
jangan pulang dulu
kata mereka ini tak abadi
untuk kali ini mohon percaya,viii.
yang tabah ya,
aku.(there's storm in her head)
YOU ARE READING
dikekang nestapa
Poetrypada puisi-puisi nona sembunyikan tatkala tengah dikekang nestapa, sepatutnya tak kau bakar dan raibkan sebab puisi-puisinya adalah saksi akan derita yang pernah mampir memporak-porandakkan sang nona begitu hebatnya. (sehimpun puisi. versi baru.)