di kota metropolis
yang terjangkit asma
mustabab polutan
yang lahir dari jana-jana
yang apatis jua dungu,
puan di pasung akan
realitas kejam yang
laiknya ibu tiri;
jatuh hati pada tuan
yang enggan memberi
balas jua belas.
nekat melahirkan afeksi
yang laiknya dosa besar
di mata tuan, sontak buat
puan terlunta-lunta pada
masa paceklik yang tak
miliki sebuah muara,
tuan ludahi air mata
dengan fakta jikalau
puan bukanlah sosok
yang di harapkan
berumah pada hati
tuan yang pemilih,
ketahuilah tuan
ini di luar kendali puan
jangan kau biarkan sang
angkara yang memerah marah
merasuk dan siksa afeksiku,
puan tak pernah meminta
balas pun belas darimu,
tidak apa-apa tuan panggil
yojana untuk membawamu
lari dari realita yang buatmu
di kekang oleh nestapa,
setidaknya semesta tak jua
ikut memberi izin akan
merdekanya afeksi ini,
biarkan puan berhenti
di titik persimpangan
dimana puan akan selalu
berakhir menjadi;
rekan sejawat sahaja.
tak apa, semestinya memang
akan berakhir seperti ini
maaf jikalau kelalaian puan
menghancurkan relasi yang
telah kita bangun dari sewarsa,
setidaknya tuan,
semesta adikara
tidak lahirkan
hanahaki.
sebab jikalau
hanahaki bukanlah
fiktif yang di ciptakan
jana-jana,
puan mungkin
sudah lama mati
dengan bunga lili
yang terus tumbuh
mengoyak jantung.
(jika semesta benar lahirkan hanahaki)
KAMU SEDANG MEMBACA
dikekang nestapa
Poetrypada puisi-puisi nona sembunyikan tatkala tengah dikekang nestapa, sepatutnya tak kau bakar dan raibkan sebab puisi-puisinya adalah saksi akan derita yang pernah mampir memporak-porandakkan sang nona begitu hebatnya. (sehimpun puisi. versi baru.)
