raung-raung kau dengar
dari mereka-mereka yang
telah hilang sayangnya
merapal-rapal hilangkan
virus yang merajalela
tak kenal ampun
agar tidak ada lagi kabar
kehilangan,pagi, siang, malam, tiada henti
mayat-mayat itu di kremasi
kuburan-kuburan kian ramai
mereka yang gugur membludak
berita kabar memintamu untuk
kali ini saja berdiam diri jangan abaitapi kenapa kamu tetap abai?
kenapa kamu menutup mata
akan mereka-mereka yang habis
habisan melindungimu di garda depan?
tidak dengarkah kamu akan rintihan mereka?angkuh, seolah-olah kau tahu mati
tak akan datang menjemputmu
dungu, berkata virus-virus itu
hanyalah propaganda belaka, tiada
tak sadar apa eksistensimu yang apatis
itu menjadi mimpi buruk buat
mereka yang benar-benar pedulimasa bodoh dengan kedunguanmu
omong kosong yang tidak rasional itu
seharusnya kau simpan sendiri saja
jangan menjadi mara bahaya pada
mereka yang masih warasjikalau mereka-mereka yang gugur
enggan juga buat kau patuh, maka
akankah sekaratnya kamu baru
membuatmu patuh?(akankah sekarat membuatmu patuh?)
YOU ARE READING
dikekang nestapa
Poetrypada puisi-puisi nona sembunyikan tatkala tengah dikekang nestapa, sepatutnya tak kau bakar dan raibkan sebab puisi-puisinya adalah saksi akan derita yang pernah mampir memporak-porandakkan sang nona begitu hebatnya. (sehimpun puisi. versi baru.)