05. Membaca

1.3K 206 23
                                    

Bab 05: ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ

Aeris kini sedang membantu Ratna—Ibunya untuk sementara waktu—membersihkan alat-alat makan di luar rumah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.15 namun, Aeris belum melihat adanya kehadiran sang anggota keluarga.

"Bu, boleh aku bertanya?" ucap Aeris sambil mencuci piring.

"Boleh. Tanyakan saja," jawab Ratna.

Aeris menarik napas, lalu menghembuskannya. "Dimana su–suamimu?" tanya Aeris yang sedikit gagap.

Ratna terhenti sementara, membuat Aeris merasa sedikit bersalah karena menanyakan hal itu.

"Kau ingin tahu?" tanyanya.

"Aku sih memang ingin tahu. Tapi kalau tidak mau menceritakannya juga tidak apa-apa kok," jawab Aeris. Ia merasa ini adalah topik yang sensitif, tak seharusnya ia menanyakan tentang hal itu pada keluarga yang baru ditemuinya.

"Dia sudah meninggal karena penyakit yang dialaminya," ucap Ratna. Aeris mengangguk.

"Maaf Bu, aku menanyakannya, padahal kita baru saja bertemu." Aeris menatap ke arah Ratna.

"Jangan ngomong begitu, kau juga sekarang termasuk anggota keluarga Vamana, wajar saja kalau kau menanyakan itu." Ratna menatap balik Aeris.

Wah Aeris, kau sepertinya harus ingat bahwa margamu sekarang adalah Vamana. Tak menyangka saja marganya dengan cepat berubah dari Flavio menjadi Vamana.

"Ehh, iya Bu .... " ucap Aeris canggung. Lalu hening pun menyelimuti mereka, sampai selesai mencuci piring.

"Naahh, terima kasih ya Aeris, sudah membantu Ibu mencuci piring." Ratna tersenyum kepada Aeris.

"Sama-sama Ibu. Memang kewajibanku untuk membantu," jawab Aeris. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam rumah, dan melihat Arjuna yang pusing mengajarkan Nalesha membaca.

"Kita termasuk keluarga yang beruntung Aeris. Beberapa bulan yang lalu, Arjuna mendapatkan buku tentang membaca dan membawanya pulang," jelas Ratna yang melihat kedua anaknya itu di tengah ruangan. Yang satu pusing karena mengajarkan, yang satunya lagi pusing karena melihat 26 huruf di depannya.

"Memang tidak dibagikan secara umum Bu?" tanya Aeris.

Ratna menggeleng. "Tidak, warga biasa seperti kita tidak boleh belajar membaca, hanya berhitung saja untuk berdagang," jawabnya.

Aeris menggelengkan kepalanya. Kalau tidak diperbolehkan belajar membaca, bagaimana bisa mereka akan pintar?

"Siapa yang membuat peraturan itu, Bu?" tanya Aeris.

"Raja Valendra. Semasa ia kecil dan belum dilantik menjadi Raja, ia sudah meminta ayahnya untuk menerapkan peraturan itu," jawab Ratna.

Aeris tersenyum miris. Apa Raja Valendra itu mau membuat warganya bodoh? Astaga, ada saja orang seperti itu.

"Astaga Nalesha! Aku menulis namamu di situ, kenapa kau malah membaca Narsiah? Narsiah itu siapa coba?" Aeris dikejutkan dengan ucapan Arjuna yang sepertinya sedang kesal?

"Ya Kakak juga kalau mau mengajariku yang benar dong! Masa sehari harus menghapal tiga belas huruf. Aku kan termasuk anak bodoh!" ucap Nalesha yang sama kesalnya.

"Heii, santai-santai, jangan emosi," sela Aeris ketika melihat Arjuna yang ingin membalas ucapan Nalesha.

"Nalesha, kau belajar membaca dari kapan?" tanya Aeris.

"Kalau sama hari ini, hari ketiga aku belajar membaca," jawab Nalesha. Pantas saja Nalesha belum mengingatnya.

"Mau kuajari?" tanya Aeris. Nalesha mengangguk.

Edith: Survive in PastOù les histoires vivent. Découvrez maintenant