13. Cerita Kelam Renjana

835 150 8
                                    

Bab 13: ᴄᴇʀɪᴛᴀ ᴋᴇʟᴀᴍ ʀᴇɴᴊᴀɴᴀ

Nalesha dan Renjana saat ini sedang tertawa karena candaan-candaan yang dilontarkan oleh mereka, berbeda dengan Aeris yang masih memikirkan nasib Arjuna dan Fadh.

"Kak Aeris! Kenapa selalu diam dari sore tadi?" tanya Renjana yang menyadari Aeris hanya diam sembari menatap kosong pintu rumah.

Nalesha menengok ke arah Aeris. "Kak Aeris masih mikirin Kak Arjuna dan Kak Fadh. Benar 'kan, Kak?"

Aeris melirik Nalesha dan Renjana. "Sudah malam, mau makan?" tanya Aeris berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Biasanya Ibu bakal antar makanan kok, Kak," jawab Nalesha.

"Gimana kalo kita cerita-cerita aja? Aku penasaran tentang tempat tinggal Kak Aeris." Renjana memberi ide. Terlihat Nalesha mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat, setuju dengan ide yang diberikan Renjana.

Karena tak ada pilihan, Aeris pun menurutinya. Ia duduk lebih dekat ke arah Nalesha dan Renjana.

"Kalian mau tau tentang apa?" tanya Aeris.

Nalesha dan Renjana saling tatap.

"Makanan di sana enak, Kak?" Nalesha bertanya, Renjana seketika memukul paha Nalesha.

"Kok mukul? Tidak ada salahnya tahu, bertanya tentang makanan." Nalesha membela diri.

"Sudah jangan berdebat. Makanan dari tempat asal Kakak enak-enak kok! Ahh, Kakak jadi rindu makanan-makanan di sana," jelas Aeris sembari.

"Kak, tempat asal Kakak namanya apa sih?" Nalesha menatap Aeris penasaran.

"Kenapa memangnya?" Aeris bertanya balik.

"Aku penasaran! Itu seperti dunia impian bagi semua orang!" jawab Nalesha.

"Benar, Kak. Apa sangat susah untuk pergi ke sana? Aku seperti ingin melarikan diri dari sini." Renjana berucap sembari menatap Aeris.

Aeris tersenyum. "Sebenarnya gampang, namun, kalung Kakak hilang."

"Harus banget pakai kalung itu?" Renjana bertanya lagi.

Aeris mengangguk. "Kalung itu seperti gerbang. Jika Kakak kehilangannya, maka Kakak tidak akan bisa kembali."

"Kak! Kakak belum jawab pertanyaan aku!" sela Nalesha.

"Pertanyaan apa, Sha?"

"Apa nama daerah asal Kak Aeris."

Aeris menggeleng. "Belum saatnya kalian tau."

Raut wajah Nalesha dan Renjana seketika berubah. Mereka berdua menatap Aeris dengan datar.

"Kenapa tidak boleh dikasih tau?" tanya Nalesha.

"Kalian masih anak kecil. Akan sangat berbahaya jika kalian mengetahuinya lalu tanpa sengaja membocorkannya," jawab Aeris jujur.

"Kita bukan anak kecil, Kak!" Nalesha tetap memaksa.

"Kita tidak akan bocorin kok, Kak," ucap Renjana.

Aeris tetap menggeleng. "Tidak sekarang. Suatu saat nanti, Kakak akan cerita semuanya."

Nalesha dan Renjana hanya bisa menghela napas pasrah. Mereka tidak bisa memaksa Aeris lagi jika gadis itu secara tegas tidak akan memberitahu mereka.

"Baiklah ... tapi janji ya, suatu saat nanti akan cerita?" Nalesha menatap Aeris.

"Iya, janji." Aeris tersenyum.

Renjana yang melihat interaksi Aeris dan Nalesha hanya bisa tersenyum pilu. Ia sedikit iri dengan kedua saudara tersebut.

Edith: Survive in PastWhere stories live. Discover now