21. Kak Aeris, ini Kami!

675 123 10
                                    

Bab 21: ᴋᴀᴋ ᴀᴇʀɪs, ɪɴɪ ᴋᴀᴍɪ!

Idris sedang berbicara dengan Aeris masalah perjodohan tadi. Secara terang-terangan, Idris menolaknya.

"Lebih baik kau tetap bersama Pangeran Theo, Kak, dibanding harus bersama Raja Valendra," ucap Idris.

"Terus bagaimana? Apa kau punya ide?" Idris terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Aeris.

"Idris ... tidak ada cara lain."

"Kak, jangan mengorbankan dirimu seperti itu!"

"Aku tidak mengorbankan diriku, Idris. Kita juga tidak ada yang tahu sifat raja itu seperti apa dalamnya. Jangan menilai orang dari luarnya saja, Idris. Raja Valendra pasti punya alasan untuk bersifat kejam seperti itu," ujar Aeris.

"Memang, Kak, semua orang punya alasan dari tindakan mereka, tapi kita tidak tahu apakah alasan itu baik atau buruk."

Aeris menghela napasnya lelah. "Idris, apa kau mau melihat kehancuran kerajaan ini? Tempat dimana kau tinggal dan tumbuh besar akan hancur beberapa hari lagi."

Idris terdiam lalu mengalihkan tatapannya ke tanaman di dekat mereka.

"Lalu kau bilang, aku harus menolak perjodohan itu? Aku bukan lagi Aeris yang lemah, Idris," lanjut Aeris.

"Bagaimana jika kau terluka? Aku tidak ada di sana, Kak, kau hanya sendiri. Aku tidak mau mendengar kau dilukai oleh raja itu." Idris masih menolak perjodohan Aeris.

"Gampang saja, tinggal ajarkan aku teknik berpedang." Idris yang mendengar jawaban Aeris seketika langsung membulatkan matanya.

"Kau yakin, Kak?" tanya Idris memastikan.

Dengan percaya diri Aeris mengangguk. "Yakin. Aku akan melindungi diriku sendiri di sana, kau tidak perlu khawatir."

"Baiklah .... " pasrah Idris.

"Kapan kita mulai? Nanti sore?"

Lagi-lagi Idris terkejut. "Kau ingin memulai secepat itu, Kak?"

"Tidak ada waktu, Idris."

"Baiklah, sore ini, jam lima." Aeris mengangguk menjawab Idris.

"Aku akan menemui Ayah dulu, sampai jumpa nanti!" Aeris lalu kembali berjalan menuju ruangan Jonathan.

Sebenarnya, Aeris memiliki niat lain. Ketika ia sudah tinggal di Kerajaan Hanasta, dengan kata lain ketika ia sudah menjadi "istri" Raja Valendra, ia akan diam-diam menemui keluarga Vamana.

Jika ditanya oleh prajurit, Aeris hanya akan bilang ia ingin melihat warga-warga Hanasta. Raja Valendra pun tidak akan mengetahuinya, dia tidak akan peduli dengan sekitarnya.

Sesampainya Aeris di ruang Jonathan, lagi dan lagi ia mengetuk pintu lalu masuk.

Tanpa basi-basi lagi, Aeris langsung berucap, "Aku menerimanya."

Jonathan menatap Aeris dengan senang, namun, Aeris masih bisa melihat kekhawatiran di mata Jonathan.

"Tidak usah khawatir, Ayah. Kirim saja pasukan lagi untuk mengabari Kerajaan Hanasta."

"Aeris .... "

"Ayah, aku ada urusan dengan Idris, aku izin undur diri." Aeris lalu keluar dari ruangan.

"Semangat, Aeris, kau pasti bisa!" Aeris menyemangati dirinya sendiri.

"Setelah aku tinggal di Hanasta, hari itu juga aku akan langsung menemui Ibu, Kak Arjuna, Nalesha, Renjana, dan Kak Fadh. Waahh, membayangkannya saja sudah membuatku bahagia," monolog Aeris.

Edith: Survive in PastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora