37. Hukuman

660 127 16
                                    

Bab 37: ʜᴜᴋᴜᴍᴀɴ

Setelah Rinjani menjelaskan tentang Pangeran Kalandra, Aeris jadi teringat cerita Nalesha beberapa minggu yang lalu. Saat itu, Aeris seperti sangat takut dengan raja yang dijuluki Raja Terkejam itu. Namun, sekarang, dirinya malah terikat dengan raja tersebut.

"Ahh ... aku ingin bertanya. Memangnya jika di Hanasta, Ratu boleh memanggil nama Raja langsung tanpa embel-embel Yang Mulia?" Aeris bertanya sembari berjalan menjauhi danau kerajaan.

Rinjani terlihat bingung, ia menggelengkan kepalanya tidak tahu.

"Memangnya Yang Mulia Raja menyuruh Ratu untuk memanggil namanya?" Aeris mengangguk menjawab pertanyaan Rinjani.

Beberapa detik suasana mereka dilanda keheningan. Lalu, tiba-tiba Rinjani membulatkan matanya.

"Apakah umur Anda dan Yang Mulia Raja seumuran?" tanyanya. Aeris mengangguk sekali lagi. Tiba-tiba, Rinjani menjentikkan jarinya lalu tersenyum.

"Yang Mulia Raja memang tidak suka dipanggil 'Yang Mulia' oleh orang yang seumuran dengannya." Rinjani menggantungkan ucapannya sebentar. Lalu, mengalirlah cerita dari mulut Rinjani, tentang masa lalu Valendra.

"Dahulu, sewaktu kecil, Yang Mulia Raja mempunyai banyak sekali teman dari bangsawan atau kerajaan lain yang seumuran dengannya. Namun, Yang Mulia Raja yang saat itu masih bergelar Pangeran tidak ingin dipanggil 'Pangeran' oleh teman seumurannya. Menurutnya, jika ia tetap dipanggil Pangeran oleh teman-temannya, itu akan menyebabkan perbedaan pada mereka dan teman-temannya akan berhati-hati dengannya saat bermain, semacam ada tembok di antara mereka. Yang Mulia Raja tidak ingin seperti itu, ia ingin bermain bebas tanpa ada perbedaan di antara mereka." Rinjani menjelaskan panjang lebar.

Rinjani menghirup napas karena ingin melanjutkan ceritanya. "Yang Mulia Raja saat itu bersenang-senang, sampai kekacauan tiba. Kekacauan yang membuat dirinya dimusuhi oleh teman-temannya. Yang Mulia Raja yang tadinya selalu memunjukkan senyumannya pada orang lain berubah menjadi orang yang selalu menatap tajam orang lain, seperti sekarang. Hanya Pengawal Aldari, Pengawal Bastian, dan Pengawal Ryan yang sampai sekarang masih berteman dengan Yang Mulia Raja. Mungkin saja, Yang Mulia Raja ingin merasakan namanya dipanggil lagi tanpa embel-embel 'Yang Mulia'. Karena, semenjak ditunjuk menjadi pengawal pribadi, Pengawal Aldari, Pengawal Bastian, dan Pengawal Ryan tidak lagi memanggil Yang Mulia dengan namanya."

Aeris yang diam mendengarkan pun mengangguk-anggukkan kepalanya memgerti. Valendra merasa ia tidak memiliki teman lagi dan menyuruh Aeris memanggil namanya karena ia butuh teman.

"Kejadian seperti apa yang merubah sikap Yang Mulia Raja?" tanya Aeris.

Rinjani menggeleng pelan. "Saya tidak tahu, Ratu. Para dayang yang sudah tinggal lama di Hanasta tidak ingin menceritakannya kepada saya."

"Ahh, kupikir kau melihatnya sendiri."

"Saya belum bekerja di kerajaan saat itu, Ratu," jawab Rinjani.

Aeris mendadak menghentikan langkahnya, membuat Rinjani menatap Aeris bingung. "Ada apa, Ratu?"

"Aku lupa. Aku ingin ke dapur kerajaan. Bisakah kau antarkan aku ke sana?" Rinjani semakin menatap Aeris bingung.

"Apa makanan yang dimakan Ratu tidak lezat, sehingga Ratu ingin melihatnya sendiri?"

Aeris menggeleng cepat. "Tidak. Makanan itu sangat lezat. Aku hanya penasaran dengan kondisi dapur dan ingin membuat beberapa makanan."

Giliran Rinjani yang menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh, Yang Mulia Ratu! Nanti tanganmu terluka jika menyentuh alat-alat dapur."

"Tenang saja, aku tidak akan terluka jika hanya dengan alat-alat dapur. Ayo, antarkan aku!" Dengan semangat, Aeris memegang Rinjani dan menariknya pelan.

Edith: Survive in PastWhere stories live. Discover now