29. Dasar Iris!

604 122 11
                                    

Bab 29: ᴅᴀsᴀʀ ɪʀɪs!

Aeris berbincang-bincang sebentar dengan Idris. Namun, ia masih penasaran dengan suara yang ia dengar tadi.

Ketika Idris mengajaknya untuk pergi dari taman, Aeris menolak dengan dalih ingin menjernihkan pikirannya seorang diri. Idris mengangguk lalu mulai meninggalkan taman.

Ketika punggung Idris sudah tidak terlihat, Aeris dengan cepat memeriksa sesuatu dari balik bunga-bunga yang ada di taman. Aeris merasa ada sesuatu di balik itu.

Setelah matanya menatap satu barang yang dikenalinya, ia membulatkan matanya dan segera mengambil barang tersebut.

Aeris melihat sekelilingnya untuk menemukan apa yang ia cari, yaitu pemilik gelang yang berada di tangannya. Tentu saja Aeris tahu siapa pemiliknya.

"Nalesha?" gumam Aeris.

Kembali ia melihat gelang yang ada di tangannya. Gelang dengan ukiran nama Nalesha itu Aeris genggam dengan erat.

Kepalanya langsung memutar percakapannya dengan Nalesha beberapa waktu yang lalu ketika memamerkan gelang miliknya.

"Ini gelang dari Kak Arjuna, diukir langsung dengannya, sangan bagus bukan?" Nalesha berkata sembari mengangkat gelang berwarna coklat itu ke depan wajah Aeris.

"Kau sangat menyukai gelang itu ya sepertinya," ucap Aeris.

"Tentu saja! Ini barang berharga milikku!"

Selesai memutar satu kejadian di pikirannya, Aeris beranjak pergi meninggalkan taman.

Pikirannya tertuju kepada Nalesha. Apa yang dilakukan anak itu? Apa dia baik-baik saja? Dengan siapa dia ke sini? Apa ada yang memaksanya agar ke sini? Banyak sekali pertanyaan yang ada di pikiran Aeris.

Sekarang, Aeris berencana untuk keluar dari kerajaan, sendirian, tanpa Idris. Ia akan menyamar. Nalesha benar-benar membuat Aeris khawatir.

Ia pergi menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih sederhana. Dita sebenarnya sudah melarang Aeris yang akan pergi sendiri, namun, tentu saja tujuan dia saat ini adalah Nalesha. Jika mengajak Idris, bisa-bisa Nalesha akan dicurigai oleh Pangeran Mahkota yang satu itu.

Dengan cepat, Aeris berjalan menuju pintu kerajaan. Namun, perkataan Iris membuat Aeris sepertinya tidak akan keluar sekarang.

"Raja Valendra ingin menemuimu di danau kerajaan." Aeris menahan kesal, kenapa di saat seperti ini, raja itu ingin menemuinya?

"Untuk apa dia ingin menemuiku?"

"Temuilah saja dia," jawab Iris.

Aeris menghela napasnya, terpaksa ia harus kembali berganti pakaian. Jika berpapasan dengan Idris, pasti saja anak itu akan mencurigai Aeris karena memakai pakaian yang tidak biasa.

"Baiklah, terima kasih."

Tanpa Aeris ketahui, Iris menatap punggungnya yang mulai menjauh dengan tatapan yang tidak biasa, entah apa maksudnya.

•••

Aeris sudah berganti pakaian, segera ia melangkahkan kakinya menuju danau kerajaan yang letaknya lumayan jauh dari kamarnya.

Tujuh menit sudah terlewat, Aeris akhirnya sampai ke danau kerajaan. Ia melihat sosok laki-laki sedang menatap air danau. Aeris segera mendekatinya.

"Maaf menggangu waktunya, apakah Yang Mulia Raja memanggilku?" tanya Aeris di belakang Valendra.

Valendra membalikkan tubuhnya, melihat Aeris lalu menjawab, "Tidak."

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang