19. Surat dari Kerajaan Daniswara

661 128 4
                                    

Bab 19: sᴜʀᴀᴛ ᴅᴀʀɪ ᴋᴇʀᴀᴊᴀᴀɴ ᴅᴀɴɪsᴡᴀʀᴀ

Langit sudah mulai menggelap. Arjuna menghela napasnya lelah. Keringat sudah membanjiri tubuhnya dari pagi tadi. Darah juga keluar dari tangannya karena sewaktu latihan, Fadh tidak sengaja melukai dirinya.

"Bersihkan dulu lukamu, nanti infeksi," ucap Fadh yang juga ikut duduk di sebelah Arjuna. Arjuna menuruti kata Fadh dengan menyedot lukanya menggunakan mulut lalu dilepehkan kembali.

Mereka sedang istirahat, Raja Valendra hanya memberi waktu sekitar sepuluh menit untuk istirahat dalam sehari. Makan pun hanya diberi dua kali sehari. Waktu tidur hanya diberi lima jam.

"Aku kasihan pada mereka. Perang belum dimulai, namun, sudah ada sebagian dari mereka yang sekarat," ujar Arjuna sembari melihat ke sekelilingnya. Warga-warga yang dipaksa untuk mengikuti perang sebagian sudah berlumur darah.

Bagaimana tidak, sebagian warga yang dipaksa sama sekali tidak mengetahui dasar memakai pedang. Mereka hanya asal mengayunkan benda tajam tersebut dan mengenai lawan latihannya.

"Di antara kita semua, hanya kau yang pandai dalam bidang ini. Kau tidak boleh terus-terusan berpura-pura seperti tidak bisa mengayunkan pedang, Arjuna." Arjuna terdiam mendengar perkataan Fadh.

"Ayahmu sudah mengajarkanmu, jangan buat dia menjadi ayah yang gagal karena sikapmu yang pura-pura ini."

Arjuna memejamkan matanya seraya berkata, "Karena itu, aku dibenci oleh adikku, Fadh." Arjuna kembali membuka matanya lalu melihat Fadh.

"Dia hanya orang asing ya—"

"Dia tetap adikku." Arjuna memotong perkataan Fadh.

"Walau aku menyangkalnya, faktanya dia tetap adikku, Fadh."

Fadh hanya bisa menghela napasnya. Ia kasihan dengan Arjuna yang menyimpan banyak beban di bahunya.

"Jangan menahannya jika tidak kuat," ucap Fadh lalu berdiri dan mengambil pedangnya lagi. Waktu istirahat telah habis.

"Berbicara temtang adik, aku jadi kepikiran Nalesha dan Aeris. Sedang apa ya mereka?"

"Mungkin sedang bermain di sungai dengan Renjana," ujar Fadh lalu tertawa.

Arjuna tersenyum, ia lalu mengambil pedangnya juga. Baru saja ingin mengayunkan pedangnya, terdengar suara kuda dari arah gerbang kerajaan.

Sontak seluruh perhatian langsung menuju rombongan kuda tersebut. Arjuna menyipitkan matanya, ia terkejut kala melihat bendera Kerajaan Daniswara yang berkibar di salah satu tongkat yang dibawa prajurit paling depan.

"Kerajaan Daniswara? Untuk apa mereka datang?" monolog Arjuna.

•••

Valendra yang tengah bersantai seketika terkejut karena mendengar kabar datangnya prajurit dari Kerajaan Daniswara.

Cepat-cepat ia pergi menuju singgasananya sebelum para prajurit itu sampai.

Tak lama kemudian, terlihat dari atas singgasana para prajurit itu masuk ke dalam ruangan.

Dengan tanpa ekspresi, Valendra menatap kelima prajurit itu, menantikan hal apa yang membuat Kerajaan Daniswara mengirim prajuritnya hingga ke Hanasta.

Pemimpin prajurit itu hormat lalu menyerahkan surat yang digulung dan diikat menggunakan tali kepada Valendra, dengan segera Valendra menerimanya.

Ia lalu membuka gulungan surat itu dan membacanya.

Valendra menyeringai lalu menatap rendah para prajurit Kerajaan Daniswara tersebut.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang