27. Diskusi

682 126 15
                                    

Bab 27: ᴅɪsᴋᴜsɪ

Sudah sekitar satu menit Valendra hanya menatap Aeris tanpa berbicara. Aeris yang ditatap juga hanya diam. Entah mengapa Valendra menatapnya seperti itu, yang pasti saat ini Aeris tidak bisa bernapas tenang.

"Ada apa?" Karena tidak tahan, Aeris mulai membuka pembicaraan.

"Tidak." Valendra menjawab singkat tapi masih menatap Aeris.

"Lalu, kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Aku memang seperti ini. Menatap mata lawan bicara."

"Tapi kau tidak berbicara."

Valendra menghela napasnya, ia mengalihkan pandangannya menatap hamparan bunga di sekeliling mereka.

"Kau suka taman?" tanya Valendra.

"Tentu saja, itu bisa membuatku menyegarkan pikiran," jawab Aeris cepat.

"Kalau begitu, akan kubuatkan kau taman kecil di Hanasta." Aeris menatap bingung Valendra.

"Apa di kerajaanmu tidak ada taman?" Valendra menggeleng menjawabnya.

"Lalu bagaimana kau menjernihkan pikiran?" bingung Aeris. Raja seperti Valendra seharusnya mempunyai sesuatu untuk menjernihkan pikirannya, tidak mungkin ia selalu mengurus kerajaan terus-menerus.

"Dengan berburu."

"Membunuh hewan di hutan?" Aeris bertanya lagi.

"Tentu saja. Apa aku terlihat sekejam itu untuk membunuh manusia?'

Aeris menggeleng. "Bukan begitu maksudku."

"Perlu kau ingat, Putri, aku tidak membunuh orang jika dia tidak membuat kesalahan." Aeris mengangguk segera.

"Baiklah, aku mengerti."

Giliran Valendra yang mengangguk. "Baguslah jika mengerti. Karena, banyak rumor yang membuatku terlihat kejam."

Valendra berdiri, Aeris pun ikut berdiri.

"Aku akan kembali menemui ayahmu untuk membahas tentang acara pernikahan. Kau?"

"Aku akan menemui Pangeran Idris dulu." Valendra mengangguk lalu berjalan meninggalkan Aeris.

Ia terdiam sebentar lalu mengatakan, "Sepertinya kau sangat dekat dengan adikmu."

Aeris menatap punggung Valendra yang mulai menjauh. "Tentu saja, hanya dia yang aku percaya," gumam Aeris.

•••

Tidak seperti perkataannya tadi pada Valendra, bukannya menemui Idris, Aeris malah pergi menuju kamarnya.

Sebenarnya tadi ia ingin menemui Idris, namun, pangeran itu tampaknya sibuk. Entah sibuk mengurus kerajaan atau sibuk mengurus tentang pernikahan Aeris.

Pintu diketuk, Aeris langsung membuka pintu kamarnya dan mendapati Idris di hadapannya.

Bukannya tadi ia sibuk? batin Aeris.

"Kenapa?"

"Kita harus berdiskusi tentang pernikahanmu," jawab Idris.

"Lalu?"

"Kau juga harus ada di sana."

Aeris menggangguk, mengerti maksud Idris.

"Baiklah, ayo." Aeris menutup pintu kamarnya lalu berjalan beriringan dengan Idris.

"Bagaimana pertemuan kalian tadi?" Idris bertanya dengan tatapan yang lurus ke depan.

Edith: Survive in PastWhere stories live. Discover now