22. Diterima Atau Tidak

659 131 19
                                    

Bab 22: ᴅɪᴛᴇʀɪᴍᴀ ᴀᴛᴀᴜ ᴛɪᴅᴀᴋ

Aeris melihat makanan-makanan yang dijual di pasar dengan mata yang berbinar. Makanan itu percis sama dengan yang dijual Ratna.

"Aku rindu Ibu .... " Aeris menghela napasnya karena teringat dengan Ratna.

"Ibu? Bukankah kau baru bertemu dengan Ibu tadi?" tanya Idris yang berada tepat di sebelah Aeris.

"Bukan Ibu Soraya, yang aku maksud adalah Ibu Ratna," jawab Aeris.

"Siapa dia?" bingung Idris.

"Dia yang mengurusku selama di Hanasta." Setelah Aeris menjawab, ia mengeluarkan koin dari dalam sakunya dan menyerahkannya kepada pedagang.

"Aku beli yang ini." Aeris menunjuk ke salah satu makanan yang sudah menjadi favoritnya saat ini.

Pedagang tersebut langsung membungkus makanan yang dibeli Aeris menggunakan daun pisang.

"Terima kasih," ucap Aeris ketika pedagang tersebut menyerahkan makanannya.

"Sama-sama, Nona," jawab pedagang tersebut.

"Kau sudah mencoba ini?" tanya Aeris.

"Belum."

"Ohh, Idris, kau akan menyesal jika tidak mencoba makanan ini," ucap Aeris yang sibuk memakan makanannya.

"Lebih baik kita cari tempat duduk dulu, Kak," ujar Idris lalu mencari tempat duduk di sekitar.

Idris menarik tangan Aeris, bisa gawat jika ia hilang lagi.

"Duduk di sini, Kak," suruh Idris, tanpa berbicara, Aeris duduk di sebuah kayu yang berfungsi sebagai tempat duduk.

"Kau mau mencobanya?" Aeris melirik Idris yang tengah menatapnya makan.

"Seenak itu?" Dengan cepat Aeris mengangguk.

"Buka mulutmu." Idris segera menuruti perkataan kakaknya, ia membuka mulutnya lalu Aeris menyuapinya makanan tersebut.

"Bagaimana? Enak?"

"Kak, makanannya saja belum aku kunyah," ucap Idris.

Aeris tertawa. "Maaf-maaf."

"Ini cukup enak. Aku bisa menyuruh juru masak kerajaan untuk membuatkan makanan ini." Idris berucap setelah menelan makanannya.

"Ini cocok untuk camilan." Idris mengangguk setuju dengan perkataan Aeris.

"Sudah selesai?" Aeris mengangguk.

"Ayo, aku ingin membelikanmu sesuatu sebelum kau pindah ke Hanasta."

Idris segera melihat-lihat barang yang sekiranya cocok untuk Aeris.

"Tidak usah repot-repot, Idris."

"Kau akan meninggalkan Daniswara selamanya, Kak. Aku akan memberimu hadiah." Aeris pasrah jika Idris sudah mengatakan hal tersebut.

"Bagaimana dengan ini?" tanya Idris menunjuk sebuah gelang.

Aeris mengangguk. "Itu bagus, tidak mencolok jika dipakai."

"Baiklah. Pak, Saya beli gelang ini satu," ucap Idris lalu memberikan beberapa koin kepada pedagang.

"Ini, pakailah," suruh Idris. Aeris segera memakainya. Gelang itu sangat cocok dipakai di tangan Aeris.

"Jika kau sedang dalam masalah di Hanasta, yang sudah dipastikan aku tidak ada di sana, anggap saja gelang ini adalah aku. Kau tidak sendirian, aku selalu mendukung keputusanmu, Kak." Perkataan Idris membuat Aeris terharu.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang