50. Rumah

1.1K 159 71
                                    

Ayoo, vote terlebih dahulu

Bab 50: ʀᴜᴍᴀʜ

Aeris perlahan membuka kedua matanya, ia melihat sekeliling. Ruang berwarna putih menjadi pemandangan pertama yang dilihat. Pintu ruangan dibuka, membuat perhatiannya langsung tertuju ke arah pintu. Terlihat seorang wanita paruh baya menggunakan jas putih menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Aeris?" tanyanya memastikan.

"Iya ... Profesor?" jawab Aeris. Profesor Rasya langsung menghampirinya dan memeluknya erat.

"Astaga ... akhirnya kau kembali. Kami selalu mencarimu ke mana-mana, ternyata kau berada di tahun 1820," ucap Profesor Rasya seraya menuntun Aeris keluar dari ruangan. Aeris tidak menjawab, ia melihat ke sekeliling. Sudah lama tidak merasakan suasana tersebut.

"Keluargamu sangat khawatir. Kau harus segera pulang." Aeris mengangguk.

"Kalau begitu, aku pamit, Profesor."

Profesor Rasya mengangguk. "Pulanglah."

Aeris segera berlari menuju pintu keluar dengan membawa kopernya. Yang Aeris rasakan setelah keluar dari gedung Edith adalah sesak. Aeris sudah lumayan lama berada di tahun 1820, di mana tahun tersebut belum ada polusi udara. Jadi, ketika ia kembali ke tahun 2049, ia reflek menutup hidungnya.

"Astaga ... aku melihat flugi lagi sekarang," gumam Aeris. Ia segera memesan taksi flugi menuju rumahnya. Selang beberapa menit, taksi flugi tersebut datang. Sopir taksi langsung membantu Aeris untuk memasukkan kopernya ke dalam bagasi.

"Terima kasih, Pak," ujar Aeris sembari membungkuk sedikit.

"Sama-sama, Mbak. Ayo ... silakan naik," jawab sopir tersebut. Tanpa berlama-lama lagi, Aeris segera masuk ke dalam taksi tersebut. Sopir pun mulai menghidupkan mesin mobilnya. Aeris menghela napasnya lalu memejamkan matanya.

•••

Aeris perlahan membuka matanya kala sopir taksi memanggilnya berkali-kali. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu melihat ke luar jendela. Ternyata ia sudah sampai di tujuan.

"Sebentar ya, Pak. Saya ambil uangnya dulu," kata Aeris lalu keluar mobil. 

"Iya, Mbak." Sopir menjawab seraya menyerahkan koper Aeris. 

Aeris segera melangkahkan kakinya memasuki halaman rumahnya. Ketika ia sudah sampai di pintu, ia terdiam sesaat. Aeris mengambil napas lalu menekan bel rumah.

"Tunggu sebentar!" Terdengar jawaban dari dalam rumah. Aeris tentu kenal dengan suara itu.

Pintu terbuka, menampilkan sosok perempuan dengan rambut panjang, namun, wajahnya terlihat lesu. Ketika melihat Aeris, perempuan itu sontak membulatkan kedua matanya dan menutup mulutnya tak percaya.

"Hai, Kak .... " sapa Aeris.

"Aeris, astaga, kau kembali!" Loria segera memeluk adiknya tersebut.

"Mama, Papa, Aurora, Auzora! Aeris kembali!" teriak Loria.

"Kamu dari mana saja, Aeris .... " ucap Loria. Perempuan itu sudah mengeluarkan air matanya.

Aeris menggaruk kepalanya yang tak gatal lantas tersenyum canggung. "Nanti aku ceritakan. Sekarang, bisakah aku meminjam uangmu dulu? Aku tidak membawa uang untuk membayar taksi."

"Astaga ... tunggu sebentar!" Loria langsung berjalan cepat menuju gerbang rumahnya. Ia menyapa sopir taksi dengan ramah lalu membayarnya.

"Aeris?" Perhatian Aeris langsung kembali tertuju ke pintu rumah.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang